Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, program tersebut dipercaya mampu mengoptimalkan fungsi akses transportasi pedesaan yang kerap rusak akibat banjir Sungai Bengawan Solo yang selalu datang setiap musim hujan.
Pernyataan itu disampaikan sosok yang akrab disapa Kang Yoto ini di hadapan ratusan netizen yang memadati Pendopo Malowopati, Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (6/5/2016) dalam even Njungok Bareng Netizen dengan tema 'Dari Bojonegoro untuk Indonesia'. Dia buka-bukaan sejarahnya memilih paving ketimbang aspal untuk perbaikan jalan yang hancur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dipaving, tidak terjadi lagi banjir langganan akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Kang Yoto pun saat itu ditanya oleh warga terkait paving yang sudah terpasang tidak hancur meski terendam banjir dibandingkan aspal yang anggarannya jauh lebih besar.
"Lalu saya panggil insinyur-insinyur itu. Kenapa insinyur, karena Kang Yoto lulusan Bahasa Arab bukan insinyur. Kemudian saya tanya, coba dicek memungkinkan tidak jika dipakai di seluruh Bojonegoro. 'Bisa pak, bahkan paving ini jauh lebih kuat dibanding aspal. Selain itu, kalau paving jauh lebih murah dan rakyat bisa kerjakan. Kalau aspal rakyat tidak bisa'," ungkap Kang Yoto menirukan jawaban insinyur ketika itu.
Namun, lanjut dia, meski pemasangan paving sudah teruji kuat, tetap saja dirinya masih mendapat protes dari warga. Akan tetapi, program pemasangan paving di jalan desa seluruh Bojonegoro terus dilakukan.
"Dampaknya luar biasa, hemat, menyerap air. Efek ekonomi, bisa menciptakan peluang kerja bagi rakyat Bojonegoro. Kemudian muncul tukang paving bagus dan Pasir bojonegoro lebih bernilai," ujarnya bangga. Pemaparannya itu mendapat tepuk tangan riuh dari netizen yang hadir.
Baginya, mendapat protes dan marah dari warga bukanlah hal berat dan harus dipusingkan. "Jadi beratnya bukan menemukan apa yang dibangun, tapi membuat keputusan prioritas yang rela dimarahi sama orang. Makanya kang Yoto buat dialog Jumat di sini supaya orang bisa marah marah di sini," ujar Kang Yoto.
Karena sering mendapat marah dan protes dari warga saat pertama kali menjabat Bupati, Kang Yoto mengatakan istrinya sampai merasa iba pada dirinya. Akan tetapi, ia berpesan pada istrinya agar tetap tabah. Semuanya adalah risikonya menjadi seorang pemimpin.
"Saya pun bilang ke istri saya. Bu jadi pemimpin itu harus latihan sebagai lautan, harus luas batinnya, lautan itu apa saja dari bumi masuk ke dalam lautan bahkan bangkai pun masuk tapi tidak pernah balas. Biarkan air hujan jernih yang membalas untuk bumi itu," pungkas Kang Yoto. (ze/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini