"Kita bicara mengenai masalah perlunya segera diadakan joint technical team on maritime boundaries delimitation of the continental self karena untuk delimitasi maritim kontinental self kita belum concluded," ungkap Menlu RI Retno LP Marsudi.
Hal tersebut disampaikan Retno usai mengadakan pertemuan tertutup dengan Menlu Filipina Jose Rene D Almendras di Gedung Pancasila, Kantor Kemenlu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Rabu (4/5/2016). Menurut Retno, ketiga negara perlu melakukan negoisasi terkait batas maritim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya patroli gabungan akan melibatkan kapal-kapal dari ketiga negara yang akan berpatroli bersama dan saling melintasi wilayah perairan masing-masing negara. Pertemuan akbar itu memiliki agenda pembahasan soal keselamatan dan keamanan.
"Sementara batas maritim untuk ZEE sudah kita selesaikan saat ini dan sedang dalam proses ratifikasi. Itulah yang saya bahas tadi dengan kolega dan teman baik saya menlu Filipina," jelas Retno.
Sementara itu Almendras menyatakan komitmen Filipina terkait pengamanan di zona perairan yang berbahaya. Itu dibuktikan dengan kehadiran dirinya dalam pertemuan trilateral tersebut.
"Jadi kami di sini, berseberangan dengan laporan bahwa Filipina tidak mendukung ide akan koordinasi dan pertukaran informasi antar negara," ucap Almendras dalam kesempatan yang sama.
"Jadi saya datang ke sini hari ini untuk berpartisipasi dalam diskusi besok untuk menemukan solusi akan tantangan yang kita miliki di wilayah perairan," lanjut dia.
Meski begitu, Almendras menilai bahwa dalam permasalahan keamanan di wilayah perairan, semestinya dilakukan di semua lini. Artinya diplomasi perlu dilakukan bukan hanya pada forum formal saja.
"Solusinya bukan sekedar pembicaraan tingkat tinggi saja, tapi bisa diterapkan di lapangan. Kami berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, kepada Presiden dan Menteri Luar Negeri yang memulai ini," tuturnya.
Terkait soal kerja sama untuk patroli gabungan, Presiden Filipina disebut Almendras sudah menunjuk mantan Kepala Staf di negaranya sebagai Direktur Eksekutif Keamanan. Filipina mengaku memiliki komitmen kuat pada persoalan keamanan menyangkut tiga negara tersebut.
"Dia telah diberi kewenangan untuk semua aspek, baik warga sipil , maritim, penjaga pantai, dan kehadirannya di sini adalah bukti lagi bahwa Filipina sangat-sangat tertarik dan mendukung Indonesia untuk menyatukan kesepakatan yang membantu kita untuk memerangi kegiatan ilegal yang terjadi (penyanderaan)," beber Almendras.
Selain soal keamanan, pertemuan bilateral antara Retno dan Almendras hari ini juga membahas sejumlah hal termasuk mengenai kerja sama ekonomi. Almendras berharap agar kerja sama antara Filipina dan Malaysia dengan Indonesia dapat terus terjalin dan semakin kuat.
"Filipina dan Malaysia sangat senang dengan perkembangan yang kita miliki. Ekonomi kita menjadi lebih kuat karena kita bekerja sama yang mana tidak hanya untuk saat ini," ucapnya.
Tak hanya itu, Retno dalam pertemuan dengan Almendras juga menyampaikan bahwa Indonesia menyambut baik upaya peningkatan kerja sama ekonomi melalui sektor government to government (G to G) serta business to bussiness (B to B). Keduanya pun juga membicarakan soal forum Joint Commision for Bilateral Cooperation (JCBC).
JCBC sendiri merupakan forum bilateral antara Indonesia dengan Filipina yang digelar dua tahun sekali. Pada JCBC ke-6 tahun 2014 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah dan diselenggarakan di Jakarta.
"Kami sangat bersemangat untuk menjadi tuan rumah JCBC berikutnya. Kita akan hosting di Filipina. Kami mencari partisipasi menteri luar negeri dan pejabat senior di Indonesia ke depan. Kami akan memiliki sejumlah pertemuan dalam acara tersebut," tutup Almendras. (elz/hri)











































