Sejak Senin (2/5) lalu, Ana mulai dirawat di ruang Bima RSUD Kota Semarang untuk menjalani rangkaianΒ pengobatan dan terapi. Siang ini Ana menunjukkan kondisinya yang membaik dengan berjalan pelan keluar ruangan dan kembali lagi ke tempat tidur.
Senyum Ana pun melengkung sambil memeluk ibunya, Indah Cahyani. Dokter kemudian membawa Ana ke ruang Fisioterapi untuk menjalani terapi melatih otot-ototnya yang lemas karena mengalami kelumpuhan pasca dijahili.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah capek, dik?" tanya dokter.
"Belum, pingin sembuh," jawab Ana lirih.
Ia kemudian melanjutkan terapi dan mencoba 12 alat dalam satu meja itu dengan didampingi dokter. Direktur RSUD Kota Semarang, Susi Herawati mengatakan Ana mengalami Tetraparese, atau otot di empat pegerakan mengalami lemah dan juga Spinal Cort Injury atau trauma pada tulang belakang. Beruntung kelumpuhan Ana cepat tertangani dan bisa dipuliihkan dengan terapi.
"KalauΒ kakinya, untuk jalan sebulan lagi bisa. Kalau tangan sekitar tiga bulan.
Pelayanan ada rawat inap di ruang Bima dirawat dokter spesialis syaraf. Dilakukan fisioterapi tiap hari. Ini sampai sembuh, tidak setengah-setengah," kata Susi.
![]() |
Sementara itu dokter spesialis di Fisioterapi RSUD Kota Semarang, dr Rini Ekowati mengatakan, leher Ana diberi penyangga untuk mencegah otot di leher terjepit selama terapi. Sejak Senin kemarin terapi diberikan dan menunjukkan perkembangan signifikan.
"Tiga kali terapi sudah bisa jalan, walaupun langkahnya belum sempurna. Pengembalian fungsional harus rutin," pungkas Rini.
Ia menjelaskan, saat awal Ana dibawa ke RSUD Kota Semarang kekuatan otot Ana sebelah kanan yang mengalami kelumpuhan hanya berada di angka 2 dari maksimal 5. Saat ini sudah mulai meningkat dan butuh proses pemulihan.
"Perkembangan dek ana luar biasa.Β Pas datang kekuatan otot 2, artinya tidak bisa melawan gravitasi, lemas, untuk angkat pantat juga tidak bisa. Sekarang sudah recovery,Β kekuatan otot kakinya 4, dan tangan 3," jelas Rini.
Tim dari psikolog juga diturunkan untuk memberi semangan Ana yang sudah sebulan ini tidak bisa sekolah. Hal itu dilakukan agar Ana tidak patah semangat dan minder ketika melihat anak-anak lainnya bermain sementara ia masih sulit menggerakkan tubuh.
"Penanganan psikolog ada.Β Sudah ke rehabilitasi medik, psikolog, dan kita dari dokter syaraf. Kita satu tim," tandasnya.
Ana menjadi korban kejahilan 3 temannya tanggal 31 Maret 2016 lalu. Saat itu ia hendak duduk namun bangkunya ditarik sehingga ia jatuh terduduk ditambah kepala bagian belakangnya juga terbentur.
Usai kejadian, Ana tidak merasakan sakit, namun empat hari berikutnya ia lemas dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya terutama sebelah kanan. Tindakan medis awal sudah dilakukan, dan orang tua 3 siswa yang menjahili Ana juga sudah meminta maaf dan membuat perjanjian untuk membantu pengobatan.
Baca juga: Kisah Ana, Siswa SD di Semarang yang Lumpuh Akibat Kejahilan Temannya
Ana kemudian dirujuk ke RSUD Kota Semarang setelah dikunjungi Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang menjanjikan pengobatan gratis bagi Ana. Kini Ana dirawat selam lima hari untuk menjalani berbagai terapi.
"Ya saya terimakasih sekali, ini gratis dan berangkatnya kemarin juga dijemput ambulans. Ini sudah bisa jalan, duduk," kata ibu Ana, Indah Cahyani. (alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini