detikcom menemui Siti Rahmani di kediamannya di Tanah Abang, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu. Kondisinya sudah tak memungkinkan untuk beraktivitas fisik terlalu banyak. Bicara pun hanya seperlunya saja. Cerita soal kehidupan Siti lebih banyak disampaikan oleh putrinya, Karmeni Rauf.
"Iya ini nenek yang buat Ini Budi," kata Siti Rahmani singkat dan pelan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siti Rahmani Rauf (terbaring) dan putrinya (foto: Wisnu/detikcom) |
"Dia dirawat di rumah sakit Pelni. Dokter bilang mami harus ganti kakinya pakai kaki palsu tapi mami nggak mau," cerita Eni.
Sebelum jatuh, Siti Rahmani masih beraktivitas fisik seperti menyiram tanaman, membereskan rumah sampai mengajar. Namun sejak enam bulan, kondisi fisiknya terus melemah. Semua kegiatan dilakukan di tempat tidur.
![]() |
Nah, salah satu aktivitas yang masih bisa dilakukan walau dengan segala keterbatasan adalah membaca. Bacaan favoritnya adalah novel Belanda.
"Mami itu suka baca novel bahasa Belanda padahal usianya udah 90an. Ini buku buku dia semua ini. Dan ini buku karangan dia, judulnya Dongeng Dongeng Nusantara. Malam bangun baca, siang tidur," cerita Eni.
Bagi keluarga, Siti Rahmani adalah sosok yang disiplin dan penyayang. Kehadirannya juga selalu menginspirasi.
"Mami saya ini orangnya disiplin tinggi tapi kita kan bukan orang mampu. Papa udah ga ada, anak anak sekolah sama mami. Mami itu orangnya sangat peduli dan utamakan sekolah, minimal SMA," kata Eni.
Karmeni Rauf |
Siti Rahmani memiliki 9 anak, 3 di antaranya sudah meninggal dunia. Karmeni Rauf adalah putri kandung Siti Rahmani Rauf yang ke-empat. Selain Karmeni, anak-anak dari Siti yaitu, Rafles, Tatiana (sudah meninggal), Rufman, Hasrani, Rufdi, Ruflina, Ruflianto (meninggal), Juniardi, Novawati (meninggal).
"Anak kan nggak semuanya mampu ya, kalau ada yang kurang bantu. Misalnya di antara anaknya ada yang kurang mami nyuruh kita bantu. Ibu buat kami itu pelita buat kami, sebagai tiang dalam rumah kami," ungkapnya.
![]() |
Belakangan ini, Eni bercerita kalau sang bunda sering mengigau dalam tidurnya. Dalam mimpi, sang bunda kerap menirukan dirinya seperti sedang mengajar.
"Sekarang dia ini sekarang ingat masa lalu, pas dia ngajar. Sering malam malam dia ngoceh, Ayo siapin baju, ibu mau ngajar. Ayo anak anak kerjain PR, kerjain tugas, jangan bandel ya," terang Eni sambil memperagakan ekspresi bundanya saat mengigau.
Kebiasaan Membaca
Kebiasaan membaca Siti Rahmani sudah dilakukan sejak masih muda. Saat menginjak usia 90 tahun ke atas, Siti Rahmani melakukan kebiasaanya pada malam hari karena kerap sulit tidur.
"Novel nya nggak dibacain, baca sendiri. Jadi perubahannya itu memang sejak 6 bulan yang lalu. Kalau siang dia tidur, malam bangun," kata Eni.
Di ruang tamu rumahnya menumpuk beberapa judul novel berbahasa Belanda. Novel-novel tersebut antara lain karya Barbara dan Stephanie Kiting dengan judul Mijn Dochter is Frankrijk. Kemudian ada karya Sarah Blake yang berjudul "De laatste brief", karya Helga Ruebsamen berjudul "Het Lied en de Waarheid", dan beberapa novel lainnya.
Namun dalam 6 bulan terakhir karena kondisi kesehatan Siti Rahmani Rauf yang terus menurun, keluarga melarang bundanya untuk membaca sesuatu yang berat, Dikatakan Eni, Sang Bunda kerap histeris dan emosional ketika membaca novel.
"Sekarang ini kami anak anaknya melarang buat baca bacaan berat, mami itu sekarang harus dipaksakan tidur malam hari. Di samping mami juga sekarang kami anak-anaknyua nyediain buku agama sama alqur'an aja," tuturnya.
Selaion membaca novel, dikatakan Eni, bundanya juga berlangganan surat kabar. Hidup Siti Rahmani Rauf menurut Eni tak jauh dari membaca.
Selain membaca, Sitin Rahmani Rauf juga hobi menjahit. Di sekitar ruang tamu kediamannya juga terdapat beberapa gambar dan karya berupa jahitan tangan dalam berbagai bentuk. Eni menjelaskan, bundanya juga hobi menjahit. (mad/mad)












































Siti Rahmani Rauf (terbaring) dan putrinya (foto: Wisnu/detikcom)
Karmeni Rauf