Sambil melihat-lihat isi taman yang terdiri dari bunga dan tanaman, Risma memberikan pengarahan dan penjelasan termasuk lahan Taman Harmoni yang dulunya merupakan Lokasi Pembuangan Akhir (LPA).
"Dulu di sini sulit ditanami. Kami menanam pohon bambu yang ada di taman menggunakan beton bulat (bus) agar bisa tumbuh. Makanya pohon bambu yang tumbuh sekarang ini letaknya dempet," terang Risma kepada Mega, Minggu (1/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Risma dan Mega tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Mega didampingi anaknya, Prananda Prabowo yang terus berjalan di samping Mega.
Mega juga berkali-kali memegang beberapa tanaman dan bunga yang ada di taman seluas 8,5 hektar ini, Mega sempat memegang tanaman yang dia kira adalah lamtoro. Namun Mega mengatakan jika tanaman itu bernama merak-merakan.
![]() |
Kemudian, Mega tiba-tiba melihat ke bawah dan membungkukkan badannya. Ternyata Mega sedang mengamati banyaknya binatang melata berwarna hitam yang banyak bersliweran di Taman Harmoni.
"Oh ini ulat gagak," ujar Risma.
Risma sengaja mengajak Mega ke Taman Harmoni karena Mega ternyata suka dengan tanaman. "Ibu (Mega) juga senang tanaman, makanya saya ajak ke sini. Dan taman ini berdiri di atas bekas lahan pembuangan sampah," kata Risma.
![]() |
Mega sendiri mengapresiasi banyaknya taman yang dibangun Pemkot Surabaya. Khusus untuk Taman Harmoni, meski pembangunannya terlihat belum maksimal, tetapi Mega yakin Taman Harmoni akan bisa menjadi taman yang menjadi jujugan warga.
"Sekarang kan belum menjadi maksimal, tapi saya sudah bisa membayangkan hasilnya kalau ini bisa dipelihara dengan baik," ujar Mega.
Taman dinilai Mega menjadi hiburan bagi masyarakat. Dengan taman, masyarakat tak perlu mencari hiburan ke tempat yang jauh dan mahal. "Yang paling penting masyarakat butuh tempatuntuk rekreasi. Sebuah taman itu sebenarnya tempat rekreasi yang paling murah meriah. Rekreasi bukan harus selalu mewah," kata Mega.
Agar tetap lestari untuk dijadikan tempat rekreasi, Mega berharap agar asyarakat bisa ikut menjaga dan memelihara. Termasuk diantaranya membeli suatu edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat, terutama anak-anak.
"Karena saya tak membayangkan Indonesia ini menjadi mundur, misalnya menjadi padang pasir. Selagi masih seperti ini, makanya kita harus mengumpulkan (tanaman), menanam, merawat, dan sebagainya," pungkas Mega. (iwd/aws)