Blusukan bagi Kang Yoto punya manfaat banyak untuk menyerap aspirasi warga Ibu Kota. Saat bertemu masyarakat, Kang Yoto paling sering mendengar keluhan mengenai kemacetan.
"Akan terus mendengarkan keluhan masyarakat. Salah satunya bagaimana masalah kemacetan," ujar Kang Yoto di Tea Addict, Jl Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (30/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kemacetan sebagai dampak dari pembangunan jalan layang tidak perlu dikhawatirkan. Warga harus memahami pembangunan jalan layang akan berdampak positif secara jangka panjang.
"Yang nyatanya memang jalan layang kurang. Jalan di Jakarta itu kurang dari 6 persen, jangan takut begitu dulu," tuturnya.
"Kalau membangun mass transportation seperti MRT itu akan mengurangi angka masyarakat menggunakan kendaraan pribadi," ujarnya.
Solusi mengatasi kemacetan juga dapat diselesaikan dengan pendekatan sosial. Kemacetan tidak bisa dilepaskan dari perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan sekitar. Misalnya keberadaan pasar di pinggir jalan.
"Pendekatan kolaboratif bagaimana pendekatan usaha. Kemacetan itu terjadi karena supply jumlah manusia yang juga perilaku manusia seenaknya. Makanya, perlu gerakan mencintai dan lebih memiliki untuk mengurangi kemacetan ini," katanya.
Banyaknya masukan warga membuat Kang Yoto bertekad melanjutkan blusukan di Jakarta. Dengan begitu Kang Yoto bisa menyusun solusi mengatasi persoalan.
"Tugas seorang pemimpin itu mendengar terus masyarakatnya, sampai kita tahu ini loh formulanya. Kita bicarakan dengan para ahli, pakar ini bagaimana saran solusinya," sebutnya.
(hty/fdn)











































