"Di Indonesia antreannya tidak jelas karena ada perbedaan antrean antar provinsi karena quota dibagi per provinsi. Begitupun antar kabupaten kota. Sekarang antrean terpanjang di salah satu kabupaten di Sulsel, 38 tahun," kata Ketum PP Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kurdi Mustofa.
Hal ini disampaikannya saat membuka seminar nasional bertajuk "Mencari Solusi Antrean Panjang Jamaah Haji Indonesia" yang digelar di Aula Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, Sabtu (30/4/2016). Hadir sebagai pembicara, mantan Dirjen Haji Anggito Abimanyu, Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia Samidin Nasir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untung ruginya perubahan dua sistem tersebut, kita tidak diributkan dengan antrean," jelasnya.
Saat ini, lanjutnya, ada kelebihan kuota sebanyak 250 ribu pendaftar haji setiap tahunnya. "Dengan jumlah itu diperkirakan dalam sekitar 10 tahun ke depan bisa menyamai Malaysia, antre 70 tahun," ujarnya.
Dikatakannya, data Badan Pusat Statistik tahun 2015 menunjukkan bahwa kelas menengah Indonesia total ada 56%. Hal itu menyebabkan semakin tingginya kemampuan masyarakat untuk mendaftar haji.
Menurutnya, pemerintah harus segera mencari solusi atas permasalahan ini. "Kalau dibiarkan terus, di 2050 diperkirakan antrean haji Indonesia bisa sampai 100 tahun," ucapnya.
Kurdi mengatakan, antrean panjang ini memiliki risiko berkaitan dengan kesehatan jamaah. "Karena potensi berangkat di usia tua semakin besar. Ini juga jadi PR (pekerjaan rumah) nantinya," tutupnya.
(idh/Hbb)











































