Oleh karena itu, tidak seyogyanya tindakan terorisme diidentikkan dengan agama tertentu. Hal ini disampaikan oleh Reshanty Bowoleksono, istri Dubes RI di AS, Budi Bowoleksono, dalam forum pertemuan dengan para duta besar perempuan serta istri para anggota Kongres AS dan pejabat pemerintah setempat di Washington DC, AS, Kamis (28/4/2016).
Foto: Shohib Masykur/detikcom |
"Terorisme hendaknya tidak diasosiasikan dengan agama, peradaban, kebangsaan, atau kelompok etnis tertentu. Pengaitan tindak terorisme dengan agama tertentu hanya semakin menumbuhkan ideologi kekerasan. Menyederhanakan Islam sebagai agama teror berdasarkan tindakan segelintir orang adalah kesalahan yang menyesatkan," kata Reshanty.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fauziah Fauzan, Direktur Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang, Sumatera Barat (berjilbab).Β Foto: Shohib Masykur/detikcom |
"Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa ada negara di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk muslim lebih besar ketimbang gabungan seluruh negara Timur Tengah yang menyuarakan Islam moderat, yang menjadi lahan subur bagi demokrasi dan persamaan hak bagi perempuan," ujarnya.
Sebagai negara muslim berpenduduk terbanyak dunia, imbuhnya, Indonesia memiliki modal dan kredibilitas untuk melawan ideologi kekerasan yang diusung ISIS. Oleh karena itu, Indonesia ingin lebih lantang bersuara menentang kekerasan dan mengampanyekan Islam moderat yang penuh damai dan toleransi.
Foto: Shohib Masykur/detikcom |
"Jika Anda berpikir tentang Islam, jangan hanya berpikir tentang suatu wilayah tertentu, tapi pikirkan juga tentang Indonesia," katanya.
Forum yang dihadiri oleh duta besar perempuan dan istri para pejabat di AS itu menghadirkan dua tokoh agama sebagai pembicara, yaitu imam Shamsi Ali dari New York dan Fauziah Fauzan yang merupakan Direktur Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang, Sumatera Barat. Diskusi itu digelar untuk membantu meluruskan pandangan miring tentang Islam di kalangan masyarakat Amerika.
Foto: Shohib Masykur/detikcom |
Dalam kesempatan itu, Shamsi Ali mengajak semua pihak untuk saling lebih mengenal guna menghilangkan prasangka. Menurutnya, kebencian yang bersemi di antara Barat dan Islam lebih dikarenakan kedua pihak kurang begitu saling mengenal. Sementara Fauziah Fauzan berbagi cerita mengenai pola pendidikan Islam yang diterapkan oleh Diniyyah Putri yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu umum serta mewariskan Islam yang damai dan toleran. (trw/trw)












































Foto: Shohib Masykur/detikcom
Fauziah Fauzan, Direktur Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang, Sumatera Barat (berjilbab).Β
Foto: Shohib Masykur/detikcom
Foto: Shohib Masykur/detikcom