"Data hasil survei menunjukkan terdapat 453 ton sampah dihasilkan oleh 150.688 orang pendaki/pengunjung setiap tahunnya. 53 persen (250 ton lebih) merupakan sampah plastik yang sangat sulit terurai," ujar Dirjen PSLB3 Kementerian LHK, Tuti Hendrawati Mintarsih dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (28/4/2016).
Kawasan wisata gunung dan taman nasional yang disurvei antara lain Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, Gunung Prau, Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Halimun Salak, Gunung Sumbing, Gunung Papandayan, Gunung Bawakaraeng dan Gunung Halau Halau.
"Hasil tersebut menggambarkan permasalahan sampah yang perlu diwaspadai berkaitan dengan salah satu fungsi taman nasional sebagai destinasi wisata yang harus bersih dari sampah dan pemeliharaan serta pelestarian flora fauna endemik," jelasnya.
Tujuh destinasi yang lain hingga saat ini masih dalam proses penghitungan. Tuti mengatakan, tujuan survei ini akan menghasilkan Profil Taman Nasional Berbasis Pengelolaan Sampah dan Pelestarian Flora Fauna Endemik. Profil ini akan menjadi basis data bagi pengembangan Taman Nasional sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan.
"Kegiatan ini akan menjadi titik balik dan titik awal pengurangan dan penanganan sampah di taman nasional sekaligus mendukung Program Nasional Indonesia Bersih Sampah 2020. Untuk lebih memfokuskan upaya Taman Nasional sebagai destinasi wisata unggulan yang bersih sampah plastik, perlu langkah cepat dan strategis di antaranya perlu ada pengaturan pengunjung untuk mengurangi timbulan sampah," kata Tuti.
![]() |
"Caranya dengan menerapkan prosedur standar yang ketat terhadap bawaan pengunjung dan kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik sekali pakai dan mengganti dengan kantong yang dapat diguna ulang (reusable trash bag)," tutupnya.
(rni/try)