Menurut politisi Golkar Ridwan Bae, soal kriteria tak tercela tidak bisa sembarangan tolok ukurnya. Seseorang yang bisa dicap tercela, bagi Ridwan, adalah mereka yang sudah dipenjara.
"PDLT itu menjadi semboyan partai, tapi PDLT yang terukur bukan, bukan PDLT yang dibuat-buat," ungkap Ridwan saat dihubungi, Rabu (27/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika hanya sekadar masuk dalam isu-isu masalah hukum dan belum ada ketetapan hukumnya, dikatakan Ridwan tak bisa masuk dalam unsur tercela. Kepastian hukum menjadi tolok ukur pada hal ini.
"Kalau baru berita-berita belum. Itu namanya dicelakan, dibuat sebagai tercela. Dalam politik bisa aja," jelas Ridwan.
Seperti diketahui, salah satu caketum Golkar yakni Setya Novanto pernah bermasalah di MKD DPR dan Kejagung dalam kasus papa minta saham. Bagi Ridwan, itu belum bisa masuk dalam kategori tercela.
"Saya tidak menyebut nama, tapi siapa pun itu, kalau baru isu-isu bukan tercela. Kalau secara terukur saya lihat semua caketum mereka belum ada yang tercela," jawab Ridwan saat ditanya soal sosok Novanto.
"Tercela kalau sudah dipenjara," tambah Ridwan.
Sebelumnya, timses caketum Ade Komarudin, Bambang Soesatyo menekankan pentingnya PDLT bagi caketum yang akan maju dalam munaslub. Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menyebut sebenarnya mudah dalam menentukan tolok ukur 'tak tercela' terkait PDLT ini.
"Bisa dengan ketetapan hukum atau opini publik. Syarat PDLT itu penting dan sangat mendasar dibandingkan syarat lain yang ditambah-tambahkan panitia seperti LHKPN, bukti setor pajak (SPT), setoran sumbangan wajib yang jumlahnya fantastis itu," ujar Bamsoet, Rabu (27/4). (ear/tor)