Rumah Raden Saleh saat ini dikelola oleh Yayasan Kesehatan PGI Cikini. Sementara proses revitalisasi akan dilakukan oleh tim dari Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) Indonesia dengan bantuan dana dari berbagai pihak, salah satunya Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Ketua tim revitalisasi dari PDA, Arya Abieta, mengatakan proses revitalisasi dimulai dengan penelitian dan pendokumentasian struktur bangunan sejak bulan Juli hingga Desember 2015. Tim juga menganalisa kerusakan bangunan. Seluruh proses revitalisasi akan dilakukan tanpa merusak keaslian bangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim dari PDA bekerjasama dengan Balai Konservasi Borobudur untuk mendokumentasikan bangunan dalam bentuk 3 dimensi. Sementara untuk menjaga nilai historis, tim mengajak ahli arkeologi dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Serang.
![]() |
"Kerusakan paling serius terjadi pada bagian muka karena adanya kebocoran atap," ujar Arya.
Sementara itu, Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake mengatakan rumah Raden Saleh merupakan cagar budaya yang sangat penting, tidak hanya bagi Indonesia, namun juga bagi dunia. Sebab rumah ini merupakan satu-satunya bangunan di Indonesia yang didesain oleh Raden Saleh dan pernah dikunjungi oleh tokoh dunia seperti pangeran Franz Ferdinand.
"Kami sengaja memilih proyek ini karena kami anggap Raden Saleh adalah pelopor seniman Indonesia keturunan Arab-Jawa yang dalam karyanya selalu menyertakan simbol melawan kolonialisme," kata Blake.
Blake menilai karya-karya Raden Saleh merupakan simbol prinsip kesetaraan. Hal ini yang membuat Kedubes AS untuk RI berminat mendanai proses revitalisasi rumah Raden Saleh. Sejauh ini dana yang telah digelontorkan oleh Kedubes AS sebesar 20.000 USD.
"Ini langsung dari pendanaan kami di Jakarta. Kami mendukung apapun karya Raden Saleh yang tersohor," ucapnya.
Acara ini ditandai dengan penyerahan hasil penelitian dan dokumentasi rumah Raden Saleh oleh PDA kepada Kedubes AS. Hadir juga dalam acara tersebut Ketua Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini Kolonel Alexander Ginting, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud Harry Widianto serta perwakilan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta. (kff/aan)