14 Hari Mereka Berjibaku Demi Presiden Jokowi

Catatan dari Den Haag

14 Hari Mereka Berjibaku Demi Presiden Jokowi

Eddi Santosa - detikNews
Senin, 25 Apr 2016 23:56 WIB
Foto: Tim Karawitan (Foto: dok. SIDH)
Den Haag - Kelancaran dan kesuksesan lawatan Presiden Jokowi ke Eropa disangga tim yang solid, dari jajaran Kemlu, Protokol Istana, Paspampres, perwakilan RI, sampai pemerintah setempat. Tapi peran tim satu ini juga patut diapresiasi.

Presiden Jokowi tampak sumringah disambut dengan gending-gending yang mengalun khidmat, menenteramkan jiwa, mengusir penat. Ada karya Bung Karno, juga Ki Narto Sabdho. Siapa nyana nada-nada seindah lokananta itu dimainkan oleh pelajar SMP/SMA di Belanda?

Mereka para belia inilah tim inti karawitan yang telah berjibaku demi bisa memainkan gending-gending di hadapan Presiden Jokowi dan 500 tamu. Berturut-turut gending yang live dimainkan itu antara lain Ladrang Asmorondono, Ladrang Ayun-ayun diteruskan Gending-gending dolanan, Lancaran Baratayuda, Lagu Praon dan tak kalah istimewa:Β  lagu karya Bung Karno serta Ki Narto Sabdho Lancaran Juang 45.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berada dalam ruangan dengan atmosfir seperti itu seolah-olah tidak sedang berada di Belanda. Inilah rupanya suasana yang hendak diciptakan untuk menyambut Presiden.

Klimaksnya mengalun gending Lancaran Kebogiro begitu Presiden memasuki ruangan untuk bertatap muka dengan masyarakat di ballroom Grand Hotel Amrath Kurhaus, Scheveningen, Den Haag (21/4/2016).

Sebagian tamu semula mengira mereka yang memainkan gending itu seniman karawitan profesional yang khusus didatangkan dari Indonesia, ternyata mereka adalah para pelajar SMP/SMA, didukung guru Sekolah Indonesia Den Haag, sebuah sekolah di bawah naungan Kedubes RI di Belanda.

"Ini kepercayaan besar yang diberikan oleh Pak Dubes dan didukung penuh oleh Atdikbud. Tentu saja keputusan itu kami sambut dengan sangat antusias dan kami segera melakukan latihan intensif," ujar Kepala Sekolah Indonesia Den Haag Budi Wahyu Rianto kepada detikcom seusai acara.

Bagi siapa pun warga negara, tampil di hadapan Presiden, apalagi di luar negeri nun jauh dari tanah air, adalah peluang langka yang sekaligus menjadi kebanggaan dan pastinya juga masuk dalam catatan dokumentasi perjalanan Presiden.

"Ada perasaan bangga luar biasa ketika Presiden mendatangi kami di panggung dan menyalami kami para pemain satu per satu," imbuh Budi, yang ikut memainkan instrumen kendang.

Pria kelahiran Trenggalek (5/9/1962) ini memaparkan totalnya ada 23 orang yang memainkan gending-gending khusus untuk menyambut Presiden, terdiri dari 5 siswa SMP, 13 siswa SMA, dan 5 orang dewasa sebagai pendukung.

Mereka adalah Jasmijn Salsabila, Ghina Los, Herwi Radityo, Zahran, dan Cathliya (SMP), Shafira, Nadia Delfi, Ferrel, Kitana, Haru, Veronica, Rasyif, Sania, Azizah, Arif, Herdarudewi, Detra, Thomas (SMA), didukung Safreni C. Sari (Guru TIK dan Robotika), Β Β F.X. Suhardi Djojoprasetyo (pelatih), Sulimin Bragaputra (Staf Lokal KBRI), Mulyono (tenaga kependidikan) dan Budi Wahyu Rianto (Kepala Sekolah).

Menyiapkan tim karawitan untuk tampil di hadapan Presiden, dalam waktu relatif singkat, tentu merupakan tugas yang nyaris mustahil. Apalagi segmen pelajarnya jauh berbeda dengan pelajar daerah, seperti di Solo dan Jogja misalnya.

Menurut Budi, salah satu kendala besar untuk membentuk tim seni karawitan di sekolah di Belanda iniΒ  secara umum adalah singkatnya masa bersekolah para siswa. Β 

"Mayoritas mereka adalah putra putri diplomat yang berpindah-pindah, sehingga ketika kita melatih siswa dan mereka sudah mampu bermain dengan baik, mereka tiba-tiba harus meninggalkan sekolah," cetus Budi.

Kendala kedua, lanjut Budi, adalah sulitnya mencari vokalis untuk sinden dengan lafal bahasa Jawa yang baik dalam kurun waktu latihan yang begitu singkat.

"Bisa dibayangkan, kebanyakan siswa di sini tidak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Mereka mengalami kesulitan untuk melafalkan syair lagu-lagu berbahasa Jawa," papar Budi, yang sebelumnya pernah menjadi Kepala SMPN 1 Kota Probolinggo.

Kendala lainnya, masa persiapan untuk menyambut kunjungan Presiden bertepatan dengan Ujian Nasional (UN) berbasis komputer. Seperti diketahui pelaksanaan UN ini untuk tingkat SMA berlangsung lama yakni 4 sampai 11 April 2016. Praktis hanya ada waktu efektif 14 hari bagi para pelajar untuk latihan intensif.

Namun Budi mengaku beruntung, sebab sekolah yang dipimpinnya mendapat pelatih karawitan yang sudah memiliki banyak pengalaman dan bahkan sudah melatih sejak era Presiden Sukarno.

Di samping itu, tampil di depan Presiden tentu adalah suatu kebanggaan luar biasa dan menjadi motivasi ekstra bagi para siswa. Dengan semangat tinggi akhirnya para siswa bersedia 'berjibaku', berlatih keras di sela-sela persiapan mereka menghadapi UN.

"Alhamdulillah, dalam waktu relatif singkat para siswa mampu memainkan instrumen dengan baik dan pengucapan untuk vokalis dapat pula dilatih dengan cepat," pungkas Budi.

(es/Hbb)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads