Cara Kapten Ambar Menjawab Keraguan Saat Menerbangkan Pesawat TNI AU

Cara Kapten Ambar Menjawab Keraguan Saat Menerbangkan Pesawat TNI AU

Elza Astari Retaduari - detikNews
Minggu, 24 Apr 2016 13:26 WIB
Kapten Ambar (Foto: dok pribadi)
Jakarta - Kapten Pnb Sekti Ambarwaty merupakan salah satu penerbang pesawat TNI AU. Ia sempat tidak dipercaya benar-benar menjadi penerbang pesawat karena kala itu memang masih jarang ada pilot perempuan.

Peristiwa yang diceritakan saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/4/2016) malam, merupakan misi pertamanya sebagai penerbang. Sebelum landing, komunikasi dengan ATC dilakukan. Petugas yang ada di darat sempat sanksi apakah benar-benar Ambar yang menerbangkan pesawat.

"Pengalaman berkesan pas pertama kali misi, saya dibawa ke instruktur ke Bima. Waktu itu tahun 2008, masih jarang ada pilot wanita. Orang tower memastikan sampai ke bawah. Dia turun mendatangi pesawat, apa betul yang menerbangkan perempuan. First mission saya," kenang Ambar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengalaman menegangkan lainnya diakui Ambar tentunya adalah saat ada cuaca buruk ketika di udara. Tentu saja bagi setiap kru pesawat, hal-hal seperti itu cukup dikhawatirkan.

"Lumayan menegangkan untuk kru. Pernah juga ada trouble, tapi Alhamdulillah masih bisa diatasi dengan koordinasi, dengan para kru dan kru pendukung lainnya," ujar perempuan asal Malang itu.

Kapten Ambar saat di kokpit (foto: dok.pribadi)


Awan Cumulonimbus (CB) merupakan kondisi alam yang selalu dihindari oleh para kru pesawat. Namun ternyata pernah dilalui Ambar beberapa kali.

"Pernah masuk ke awan CB, memang nggak enak sekali tapi hampir setiap masuk musim hujan, pilot-pilot akan merasakan. Rata-rata semua merasakan," kata Ambar.

Namun menurut Ambar, kondisi yang paling parah dirasakannya adalah saat adanya kebakaran hutan yang berujung pada kabut asap berkepanjangan. Penerbang Skadron 2 Lanud Halim Perdana Kusuma itu sempat harus berjuang melawan kabut asap.

"Yang paling parah waktu kemarin terjadi krisis kabut asap, sempat saya ke Lanud Iskandar (Pangkalan Bun), waktu itu parah banget, susah sekali masuk situ. Tapi karena kita mission, tetap utamakan safety. Kita tunggu sampai visibility membaik," cerita Ambar.

"Sempat coba approach (mendekat), belum bisa. Kita tunggu dulu. Tapi akhirnya saya tetap bisa landing, karena kebetulan bisa masuk," lanjutnya.

Ambar merupakan penerbang pesawat angkut jenis CN-235. Sayangnya, ia tidak bisa melanjutkan menjadi seorang penerbang pesawat tempur.

"Untuk kualifikasi penerbang tempur tidak bisa. Karena posisinya ditetapkan saat pendidikan. Kan ada kemampuannya, psikologis, memang sudah dijuruskan," tutur Ambar.

"Kecuali misalkan pernah ada senior aku, pindah dari tempur ke angkut, karena kalau tidak salah pernah ada sakit. Tapi kalau dari angkut ke tempur nggak bisa. Soalnya pesawat tempur kan harus terbang sendiri," imbuhnya. (ear/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads