Dia mengawali sambutan dalam acaraΒ peluncuran buku "Resonansi Kepemimpinan Transformatif Kang Yoto: Dari Selfish ke Services" karya Cahyo Suryanto mengenai alat pengeras suara atau sound system.
"Pas saya datang ke sini, saya melihat ada yang berbeda. Kalau di Bojonegoro sound system untuk berbagai acara pasti keras suaranya. Di sini malah tidak, cukup pelan saja," papar Kang Yoto di Grahatma Semesta Dusun Plaosan, Desa Tlogoadi, Mlati, Sleman, Sabtu (23/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa speakernya pelan? Ini berarti ada komunikasi yang intens dan saling mendengar. Ini seperti gotong royong, orang berkumpul tujuannya untuk saling memberi bukan meminta," katanya.
Dia kemudian bercerita bagaimana menggerakkan semua bawahannya di semua SKPD di Bojonegoro untuk dapat bekerja dengan baik. Dengan bergurau dia bercerita pada awal-awal memimpin ada kepala dinas yang tidak bisa menggunakan fasilitas chatting di handphonenya.
Dia pun dengan sukarela membantunya untuk menggunakan WA untuk mempermudah komunikasi karena cepat dalam menyampaikan informasi bila melalui WA.
"Saya ajari bagaimana cara menggunakan WA hingga mengirim foto dengan cepat dan semua bisa sekarang," paparnya.
Dia mengaku dalam memimpin itu yang terpenting adalah niat baik yang ingin dilakukan. Yoto mengaku setiap hari menerima tamu dengan berbagai latar belakang mulai dari politikus, pengusaha, pejabat hingga masyarakat biasa.
"Saya tidak tahu tamu saya itu baik atau tidak. Yang penting iman. Niat baik itu pasti akan ketemu juga dengan yang baik. Sensor ketuhanan yang membimbing saya. Modalnya buka hati dan pikiran. Demokrasi itu bukan cari gegeran," katanya.
Dia menambahkan beberapa hari lalu menerima email yang memberitahukan bila Kabupaten Bojonegoro terpilih dalam open government partnership. Itu bukan hanya mewakili Indonesia saja namun juga ASEAN.
"Saya masih belum percaya sampai berkali-kali buka email tersebut. Itu sejajarkan dengan Kota Paris, Madrid Spanyol, Boston, dan Sao Paolo Brazil," kata Kang Yoto. (bgs/tor)