Didorong Prof Austria, Kearifan Lokal Belian NTB Dipamerkan di Wina

Laporan dari Wina

Didorong Prof Austria, Kearifan Lokal Belian NTB Dipamerkan di Wina

Eddi Santosa - detikNews
Sabtu, 23 Apr 2016 15:58 WIB
Foto: dok. PPI Austria
Wina - Atas dorongan Prof. Dr. Michael Kundi, belian, yakni warisan kearifan lokal Indonesia dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dipamerkan di Lange Nacht der Forschung 2016, Wina, Austria.

Belian adalah warisan kearifan lokal NTB dalam bidang kesehatan, khususnya pengobatan tradisional. Sebutan belian diberikan kepada orang yang memiliki kemampuan pengobatan tradisional berbasis bahan alam.

"Suatu kehormatan bagi bangsa Indonesia, karena salah satu warisan kearifan lokalnya mendapat kesempatan untuk dipamerkan di Lange Nacht der Forschung," demikian Prasetiyono Hari Mukti dari PPI Austria kepada detikcom, Sabtu (23/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lange Nacht der Forschung adalah acara tahunan "malam panjang" yang diselenggarakan oleh para peneliti dan lembaga pendidikan, serta industri di Austria untuk mempresentasikan penelitian mereka kepada publik, berlangsung di Hoersaalzentrum, Allgemeines Krankenhaus (AKH), Wina (22 April 2016).

Tampilnya belian dalam gelaran Lange Nacht der Forschung tahun ini karena merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan oleh Fadly Husain atas dorongan dari promotornya, Prof. Dr. Michael Kundi.

"Ya, ini adalah topik S3 saya. Profesor meminta saya untuk ikut kegiatan ini," ujar kandidat doktoral pada Center of Public Health, Medical University of Wien, Austria.

Dalam penelitian doktoralnya, Fadly mengambil studi kasus pengobatan tradisional di pulau Lombok dengan penekanan pada kemampuan pengobataan para belian, yang telah dipercaya sejak lama dan diajarkan secara turun-temurun.

Meskipun dikenal sebagai keahlian yang bersandarkan pada kearifan lokal, belian mempunyai beberapa klasifikasi berdasarkan keahlian khusus layaknya program spesialis, seperti: belian umum, belian ranak, belian polak dan belian pijak (urut).

"Dari hasil survei yang dilakukan pada 2014, diperoleh data bahwa sebanyak 20,3% warga NTB lebih memiliki pengobatan tradisional untuk menangani penyakit-penyakit yang dialami," imbuh Fadly, dosen Universitas Negeri Semarang dan penerima beasiswa BPP-LN Dikti.

Untuk melestarikan dan mengembangkan pengobatan berbasis kearifan lokal ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.

"Kita berharap agar pengobatan berbasis kearifan lokal di Indonesia bisa menjadi health tourism seperti halnya di Cina dan India," pungkas Fadly. (es/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads