"Yoto itu manusia anomali, dia juga sudah banyak nabrak, seperti urusan protokoler juga dibuat mudah sehingga siapa saja orang bisa ketemu dengannya," papar Abdul Munir Mulkan dalam acara peluncuran buku "Resonansi Kepemimpinan Transformatif Kang Yoto" di Grahatma Semesta Dusun Plaosan, Desa Tlogoadi, Mlati, Sleman, Sabtu (23/4/2016). Buku tersebut ditulis oleh Cahyo Suryanto.
Munir kemudian mencontohkan suatu hari Jumat siang, ketika ada rapat atau pertemuan dengan kepala-kepala dinas di lingkungan Kabupaten Bojonegoro, saat dia duduk di dekat Kang Yoto, tiba-tiba ada seorang nenek-nenek yang langsung duduk di samping bupati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profesor Abdul Munir Mulkan (kiri) bersama Buya Syafii Maarif (kanan). (Bagus Kurniawan/detikcom) |
Menurut Munir, hal itu menandakan betapa dekatnya dia dengan rakyatnya tanpa ada sekat-sekat pembatas. Bahkan dengan banyak pengamen yang ada di Bojonegoro dia juga mengenalnya.
"Soal tidur jam berapa, itu yang saya sampai sekarang tidak tahu melihat jadwalnya yang padat sekali," katanya.
Munir melihat Yoto juga mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuan meyakinkan banyak orang.
Dia mengatakan dirinya mengenal Kang Yoto pada tahun 1990-an di Malang. Dengan nada bergurau dia melihat banyak perubahan terhadap Yoto.
"Dia dulu tidak secerdas seperti sekarang ini, dan saya melihat berbagai karya yang dilakukan saat memimpin Bojonegoro," paparnya.
Munir yang saat ini sedang menyelesaikan tulisan mengenai Kang Yoto itu sudah beberapa kali datang untuk mewawancarai banyak orang. Bahkan dia sempat mewawancarai orang-orang yang dulunya anti Yoto, namun saat ini justru pro dan menjadi murid Yoto.
(bgs/tor)












































Profesor Abdul Munir Mulkan (kiri) bersama Buya Syafii Maarif (kanan). (Bagus Kurniawan/detikcom)