"Ya takut lah. Tadi kebakarannya kan merembet. Besar apinya," ujar salah satu napi Blok F, Panji (30), di Lapas Banceuy, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Sabtu (23/4/2016).
Blok F terdiri tiga kamar. Panji dan lima napi lainnya mendekam di kamar nomor 1. Sementara kamar nomor 3, sambung Panji, sedikitnya ada tujuh napi. Kamar nomor 2, menurut dia kosong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggan mati sia-sia, para napi terpaksa menghancurkan pintu teralis. Upaya mereka berhasil.
![]() |
"Semuanya panik. Kami bisa meyelamatkan diri setelah membongkar pintu dan gembok menggunakan kampak. Di kamar tiga juga sama," tutur Panji.
Dia mengaku tidak mengetahui asal usul keberadaan kampak di kamar sel. Panji dan napi lainnya hanya memikirkan bisa cepat lolos sebelum maut menjemput.
"Setelah keluar sel, kami berkumpul. Enggak ada niat mau kabur. Tadi juga sudah banyak polisi," kata Panji yang
Blok F, menurut Panji, merupakan area pengasingan bagi napi yang tersandung masalah saat proses pembinaan. "Saya di Blok F ini karena ketahuan bawa handphone," ujar Panji yang divonis 10 tahun penjara gara-gara kasus ganja.
Soal pemicu kerusuhan, Panji mengaku tidak paham. Sebab, dia menjelaskan, lokasi Blok F berjauhan dengan blok lainnya. Sehingga riak-riak informasi dari para napi di blok berbeda tidak sampai ke telinga Panji dan penghuni Blok F.
"Kami enggak tahu kabar di dalam (blok lain), soalnya kan kami di sel pengasingan," ucap Panji yang kini sudah menjalani masa tahanan selama lima tahun. (bbn/dra)












































