Buya Syafii mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan sosok petarung untuk menjadi pemimpin di semua jenjang, nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Yoto, bagi Buya, adalah seorang petarung.
"Bangsa Indonesia akan rugi kalau orang seperti dia (Kang Yoto-red) tidak dapat tempat untuk memimpin," ungkap Syafii dalam peluncuran buku "Resonansi Kepemimpinan Transformatif Kang Yoto" di Grahatma Semesta Dusun Plaosan, Desa Tlogoadi, Mlati, Sleman, Sabtu (23/4/2016). Buku itu ditulis Cahyo Suryanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buya Syafii (kanan) dalam peluncuran buku tersebut (Bagus Kurniawan/detikcom) |
Buya mengatakan kemampuan memimpin Kang Yoto sebagai Bupati Bojonegoro itu tidak kalah dengan pemimpin daerah lain, baik yang bupati maupun gubernur. Masalahnya, kepemimpinan Kang Yoto tidak banyak terekspos oleh media.
Buya mengaku mengenal Kang Yoto sudah sejak sejak awal tahun 2000-an. Kang Yoto juga yang turut mendorong berdirinya Ma'arif Institute. Perkenalannya dimulai saat Kang Yoto menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan menjadi rektor di Universitas Muhammadiyah Gresik.
"Dia itu sub kulturnya Muhammadiyah. Dia bukan seorang birokrat, tapi seorang manajer dan juga seniman. Semua menyatu dan ada. Dia mungkin juga bisa mengurus negara. Pesan saya,Β Yoto harus dijaga kesehatannnya. Itu saja," pungkas Buya.
(bgs/tor)












































Buya Syafii (kanan) dalam peluncuran buku tersebut (Bagus Kurniawan/detikcom)