Cerita Bupati Yoyok Menanamkan Budaya Antikorupsi Lewat Penjara

Cerita Bupati Yoyok Menanamkan Budaya Antikorupsi Lewat Penjara

Nat - detikNews
Sabtu, 23 Apr 2016 11:22 WIB
Foto: Nathania Riris Michico
Jakarta - Bupati Yoyok Riyo Sudibyo berhasil mengubah Kabupaten Batang jadi pusat belajar tata kelola pemerintahan. Dia punya cara unik untuk menanamkan budaya antikorupsi ke anak buahnya.

Yoyok menjadi pembicara di seminar KPK bertajuk Gerakan Saya Perempuan Antikorupsi "Mulai Jujur dari Sekarang" yang digelar di Hotel Sari Pan Pasific, Jl MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (23/4/2016). Selain Bupati Yoyok, KPK juga mengundang Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani dan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin.

Di awal paparannya, Yoyok bercerita soal kacaunya birokrasi di Batang. Di awal masa jabatannya tahun 2012 lalu, langsung beredar isu di Batang bahwa keluarganya akan mengambil proyek-proyek di kabupaten tetangga Kota Pekalongan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk meredam isu-isu itu, Yoyok lalu membuat surat yang isinya pernyataan, "Yang bertanda tangan di bawah ini saya Yoyok Riyo Sudibyo, ditujukan kepada seluruh Pemerintahan Kabupaten Batang, barang siapa mengatasnamakan keluarga saya, istri saya, kakak adik saya, tim sukses saya tentang meminta proyek, agar tidak dilayani". Surat ini harus dipasang di meja kerja dan kursi para pejabat di Batang. Oleh karena surat itu, isu itu tak ada lagi.

"Ahmadulillah (surat itu) masih ada di pigura kepala dinas, fotonya sampai sekarang," ujar Yoyok yang disambut tawa peserta.


Yoyok lalu menuturkan, di awal pemerintahannya, dia mengaku tak tahu apa-apa soal tata kelola pemerintahan. Latar belakangnya sebagai prajurit TNI rupanya tak banyak memberinya bekal pengetahuan untuk memimpin daerah.

Dia pernah dimarahi oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu, Bibit Waluyo. Pernah juga merasa sangat terbebani hingga curhat ke ibundanya.

"Gubernur Pak Bibit waktu itu saya diomelin, katanya apa saya mau dikepret, untung nggak dikepret beneran. Kata ibu saya pangkat ini ringan, bahkan bisa dibeli di toko, tapi yang berat itu sumpahmu dan pertanggungjawabanmu di depan Allah SWT," tutur Yoyok.

Yoyok lalu semangat belajar tata kelola pemerintahan. Salah satu gurunya adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Setelah banyak belajar, Yoyok kini berbangga mengklaim Batang jadi satu-satunya pemerintah daerah di Jawa Tengah yang bebas korupsi. Yoyok berbagi rahasianya, yaitu dengan membawa aparatnya mengunjungi penjara.

"Akhir tahun saya wisata ajak anak buah saya, banyak, ke lembaga pemasyarakatan di Semarang, bukan ke Bali. Ada yang berani masuk, ada yang nggak. Saya juga datangkan ahli agama dan profesor, nanya, piye toh kerja sing apik. Saya datangkan testimoni untuk pekerja-pekerja yang gagal-gagal, dan banyak yang nangis, tapi mereka harus ngerti apa yang dialami ini," ujar Yoyok.

"Saya juga bangun 3 pesantren di 3 LP (lembaga pemasyarakatan -red). Saya ajak, ayo subuhan di LP, biar tahu di sana, abis itu ngobrol di LP dan lain-lain," imbuh mantan intel BIN ini.

Dari kunjungan ke penjara itu, banyak anak buah Yoyok yang sadar dan kerja tak hanya berorientasi uang. Yoyok mencoba membangun moral aparat di Batang.

Kemudian, Yoyok membangun sistem. Dia juga memperkuat sistem lelang proyek pengadaan barang dan jasa. Sebab, selama ini, banyak aparat yang tersangkut pengadaan barang dan jasa. Yoyok membuat pakta integritas agar pemenang tender proyek pengadaan barang dan jasa di Batang tak main-main.

"Saya kumpulkan jadi satu ada wabup, ada sekda, saya panggil wartawan, tak suruh bacakan pakta integritas itu di depan semua orang. Isinya 'Saudara sudah mengerjakan dan menerima uang rakyat Batang, jangan menyakiti hati rakyat Batang. Kalau mau, setuju, silakan tanda tangan," ujarnya.

Yoyok merasa upayanya membangun Batang sukses. Kini, banyak instansi pemerintah yang belajar ke wilayahnya. Dia juga kini sering disorot media.

"Ya Alhamdulillah jadi banyak yang menyoroti kinerja saya, kaget juga saya hahaha," ujarnya menutup paparan. (tor/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads