Kartini Masa Kini, Kisah Amini Pejuang Tenun Bagi Kaum Wanita di Praya

Kartini Masa Kini, Kisah Amini Pejuang Tenun Bagi Kaum Wanita di Praya

Yudhistira Amran Saleh - detikNews
Kamis, 21 Apr 2016 15:54 WIB
Kartini Masa Kini, Kisah Amini Pejuang Tenun Bagi Kaum Wanita di Praya
Foto: Yudhistira AS
Lombok Tengah - 21 April, rutin diperingati sebagai hari Kartini, yang kini menjadi simbol emansipasi perempuan. Dan jauh di Praya, NTB ada perempuan tangguh perjuangannya tak kalah hebat dengan Kartini.

Namanya Amini Rui. Wanita berumur 58 tahun ini adalah seorang penenun yang sudah membagikan ilmu tenunnya kepada kaum wanita di desanya yaitu Desa Penujak sejak tahun 1980.

Ilmu tenun yang ia miliki berasal dari ibunya yang juga seorang penenun. Menurut penuturannya, dahulu wanita di desanya hanya menggantungkan hidup kepada suaminya yang rata-rata hanya seorang buruh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari kecil belajar menenun dari almarhumah ibu saya. Beliau penenun juga. Tapi ibu saya jaman itu tetangganya hidup dari menenun juga. Dulu bukan di Penunjak tinggalnya. Kecil saya dulu di daerah Lombok Barat. Nah saya ke Penunjak itu ikut suami. Tahun 1978 saya ikut suami pindah ke sini," kata Amini Rui saat ditemui detikcom di tokonya di daerah Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (21/4/2016).

Pada tahun 1978, kaum wanita di desanya yaitu Desa Penunjak hanya bekerja di rumah. Memasak nasi untuk suami dan anak-anak mereka saja. Sisanya lanjut Amini dihabiskan untuk mencuci baju kadang juga berkumpul dengan tetangga sekitar.

Hal itulah yang membuat Amini di tahun 1980 semangat untuk mengajarkan menenun kepada kaum wanita di desanya. Dia ingin mengajarkan tenun kepada kaum wanita di desanya agar mereka mempunyai kesibukkan yang bermanfaat dan menambah penghasilan.

"Kita sama-sama belajar menenun saja. Saya ingin berbagi ilmu dengan semua agar semua bisa. Apalagi menenunkan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Daripada mereka kegiatannya itu-itu saja di rumah. Lebih baik punya kegiatan tambahan yang menambah ilmu mereka dan saya juga," lanjutnya.

Kini setelah 36 tahun berbagi ilmu, banyak wanita di desanya sudah pandai menenun. Bahkan salah satu wanita yang diajarkannya sudah ada yang bisa hidup di luar negeri dengan ilmu menenun dari Amini.

"Dulu ada tetangga sini ikut belajar. Saya kalau ngasih ilmu tak pernah minta bayaran. Mereka mengerti saja alhamdulillah. Ternyata tetangga saya ini cepat sekali belajar menenunnya. Dan orangnya memang sabar. Sekarang dia saya dengar sudah menggantungkan hidupnya dari nenun di luar negeri," jelas Amini.

Amini juga mengungkapkan, dengan menenun, wanita selain punya tambahan ilmu, juga semakin mempertebal kesabarannya. Karena menenun butuh waktu yang tidak hanya satu hari, dua hari, atau dua minggu, namun bisa berbulan-bulan.

"Di awal saya sudah katakan kepada mereka yang ingin belajar bahwa menenun harus penuh dengan kesabaran. Tak boleh dengan perasaan emosi. Harus kuat sabarnya dan juga harus teliti benar. Karena setiap hari menenun bisa habiskan waktu 9 jam. Mulai pukul 08.00 Wita dan selesai 17.00 Wita," tutur wanita yang sudah memiliki 3 cucu ini.

Saat ditanya mengenai makna Hari Kartini, Amini hanya menjawab dengan singkat. "Mandiri, kerja keras, dan mau menolong," tegasnya.

Karena bila wanita bisa menjadi mandiri, punya kemauan bekerja keras serta mau menolong, hal itu bisa menciptakan generasi penerus yang luar biasa membanggakan. "Wanita itu adalah sumber ilmu. Jadi segala ilmu ada di wanita. Jadi bila wanita punya hal itu maka insya Allah penerusnya jadi luar biasa baiknya,"

Dari menenun Amini juga berhasil menyekolahkan satu anaknya hingga sarjana. Ia juga bisa menambah penghasilan suami dan mencukupi kebutuhannya usai suaminya meninggal dunia.

"Suami saya dulu hanya kerja jadi tani saja. Saya bantu dengan menenun. Hasil tak seberapa dari menenun ketika itu namun tetap disyukuri saja. Uang ditabung dan alhamdulillah cukup menyekolahkan anak hingga sarjana. Saat suami wafat, dari nenun itulah saya bisa makan dan menyokong hidup anak saya hingga selesai," tutup Amini.

Saat ini anak Amini yang bernama Ayub sudah bekerja di Bali sebagai manager di salah satu hotel. Kini di usia senjanya, dia hanya meneruskan usahanya yang telah dirintis sejak 36 tahun lalu. Dari usaha menenunnya, Amini kini bisa mempekerjakan 8 penenun dan 2 penjaga tokonya. (yds/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads