"Hari ini kita akan menuntaskan peringatan HUT ke-50 Kabupaten Batang. Sengaja saya pilih kata peringatan, bukan perayaan. Ulang tahun adalah momentum untuk merenung sejenak untuk maju ke depan semangat baru. Tak ada yang perlu dirayakan, banyak yang harus disyukuri," kata Yoyok kemarin.
Berbeda dengan kirab budaya tahun-tahun sebelumnya, kali ini Yoyok Riyo tidak menaiki kereta kuda yang disiapkan dan memilih berjalan kaki bersama jajaran pimpinan daerah di belakang barisan salawat 900 anak yatim.Β Sambil bersalawat, Yoyok Riyo juga menyapa dan bersalaman dengan ratusan ribu warga Batang yang memadati jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai kirab budaya, Yoyok menegaskan kembali komitmennya untuk tidak mencalonkan diri lagi sebagai Bupati Batang pada Pilkada 2017 mendatang.
"Jabatan dan kekuasaan bukan sesuatu yang perlu diributkan, diperebutkan atau dipertahankan. Lima tahun cukup bagi saya. Sekarang tugas saya adalah menyiapkan jalan bagi calon pemimpin di Batang yang lebih baik dari saya," kata Yoyok Riyo.
Sebenarnya untuk memenangkan Pilkada 2017 mendatan bukan hal sulit bagi Yoyok. Hasil survei kepuasan layanan publik yang dilakukan oleh Pusat Kajian Otonomi Daerah dan Kebijakan Publik (Puskodak) Universitas Diponegoro (Undip) menunjukkan 96 persen warga Batang mengaku puas dengan kinerja Pemkab Batang di bawah kepemimpina Yoyok Riyo. Kendati Yoyok mengaku tak bisa menyenangkan semua warga.
"Pemimpin tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Pro dan kontra adalah konsekuensi dari demokrasi yang harus diapresiasi. Demokrasi tidak bisa ditegakkan sendirian. Tugas seorang pemimpin adalah menjaga keseimbangan," ujar Yoyok.
Bupati Batang Yoyok Riyo Sudiyo akan mengakhiri masa jabatannya pada Februari 2017 mendatang. Selama masa kepemimpinannya, Yoyok Riyo berhasil membawa Batang menjadi rujukan transparansi dan pengelolaan anggaran pemerintahan daerah.
Mantan Kepala Sub Direktorat Pengerahan dan Penggalangan Massa se-Jakarta Raya dan Bogor Badan Intelejen Negara (BIN) juga berhasil menggalang kolaborasi antara kelompok-kelompok pro-demokrasi di Batang dengan partai politik. Hasilnya, Batang kini berubah total. Dari tak dikenal dan termasuk salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah, kini menjadi rujukan transpransi dan pengelolaan anggaran.
Penghargaan bergengsi Bung Hatta Anti Corruption Award diraihnya pada 2015 lalu.
"Batang bukan Singapura atau Paris. Batang adalah Indonesia, lengkap dengan segala keisimewaan dan kekurangannya. Kami tidak boleh cepat puas. Kerja belum usai, ada sejarah yang harus dibuat. Sekarang waktunya rakyat Batang menyebarkan inspirasi ini ke seluruh Indonesia," kata Yoyok Riyo. (tor/van)











































