Agus datang saat rumah makan di Surabaya belum buka (Foto: Imam/detikcom) |
"Dia datang sekitar pukul 10.00 WIB, sendiri. Kami waktu itu belum buka, masih beres-beres. Meja kursi masih di atas. Kami pikir dia tamu biasa," ujar Yuni Ardiani, salah satu pegawai Selera Bundi kepada wartawan, Kamis (21/4/2016).
Agus kemudian masuk dan memilih duduk di kursi pojok. Saat ditawari makan, kata Yuni, Agus menolak dan meminta agar diambilkan air minum saja. Setelah mengambilkan pesanan Agus, Yuni kemudian masuk untuk mengurus bagian dapur.
Agus duduk di pojokan dan memesan air (Foto: Imam/detikcom) |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menangis saat ditangkap polisi (Foto: Imam/detikcom) |
"Saat itu dia (Agus) menangis," ujar Yuni.
Tak lama kemudian, Agus digandeng dan bersama yang lain keluar lalu masuk mobil. Usai kejadian itu, barulah Yuni tahu jika yang dibawa keluar tadi adalah salah satu tersangka mutilasi. Orang-orang yang membawa Agus adalah polisi.
General Manager Selera Bundo, Agus Hidayat, mengelak jika dikatakan Agus pernah bekerja di rumah makan yang dikelolanya ini. "Dulu rumah makan ini adalah sebuah restoran bernama Sederhana Bintaro. Kemudian kami ambil alih setahun lalu. Mungkin saja dia (Agus) pernah bekerja di Sederhana Bintaro," ujar Agus.
Agus Hidayat mengaku sama sekali tidak kenal Agus yang tersangka mutilasi tersebut, begitu juga dengan tiga pegawai yang dipekerjakannya. "Kebetulan saja dia ke sini," tandas Agus. (iwd/aan)












































Agus datang saat rumah makan di Surabaya belum buka (Foto: Imam/detikcom)
Agus duduk di pojokan dan memesan air (Foto: Imam/detikcom)
Agus menangis saat ditangkap polisi (Foto: Imam/detikcom)