Namun pada tahun yang sama beberapa pentolan teroris seperti Dulmatin, Abu Tholut, dan Umar Patek muncul pasca pemenjaraan dan berada di camp pelatihan teror di Mindanau, Filipina Selatan. Mereka membuat 'reuni' guna melancarkan aksi terornya dalam penegakkan Syariat Islam di Indonesia.
Nah, Siyono yang tewas saat dikembangkan oleh Tim Densus 88 terkait dengan hibah senjata api dari Dulmatin pada tahun 2008 lalu. Dulmatin merupakan anggota jaringan teroris Dulmatin pengebom Bali 2002 lalu. Dulmatin tewas dalam penggrebekan di sebuah warnet di Pamulang, Banten, Maret 2010 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Jemaah Islamiyah itu belakangan ada yang menjadi Neo Jemaah Islamiyah. Salah satunya adalah Siyono alias Afif alias Asri. 9 orang dari kelompok itu berhasil dibekuk Tim Densus di Pemanukan, Klaten, Jawa Tengah, Mei 2014 lalu. Di antaranya adalah Yahya alias Jimmy, Rifki alias Bondan dan lainnya.
"Pasca penangkapan itu, anggota kelompok itu melaksanakan rapat di sebuah villa di daerah Tawangmangu yang dihadiri 15 orang," ujar Rikwanto.
Ada dua pembahasan utama dalam rapat itu. Yaitu membahas kronologi tertangkapnya 9 anggota mereka, dan mengangkat pejabat sementara pengganti Jimmy sebagai Qoid Tholiah Bithonah.
"Setelah dimusyawarahkan, diputuskan mengangkat Siyono sebagai pengganti Jimmy. Tugas pokok dan melakukan pengamanan terhadap personel agar tak tertangkap polisi. Dan mengamankan aset JI berupa senjata api dan bahan peledak," paparnya.
Ditambahkannya, ada dua hal yang menjadi dasar kelompok itu mengangkat Siyono. Pertama, Siyono dinilai memiliki track record yang baik dari segi ketaatan, termasuk juga loyaliyas dan memiliki mobilitas yang tinggi.
"Kedua, Siyono sudah sering di-BKO-kan pada kegiatan yang dilakukan kodimah barat maupun timur, sehingga dinilai sudah terbiasa memimpin," ucapnya.
Siyono kemudian menggelar rapat kecil dengan lima orang stafnya. Salah satu dari tiga hasil rapat itu adalah menginventarisir barang-barang yang ada dan anggota yang masih bisa dihubungi.
"Setelah rapat, Siyono menerima satu buah amplop berisi nama nama DPO yang harus dibuatkan KTP palsu yang baru. Dan 4 amplop berisi uang santunan untuk jaringan. Hal itu berdasarkan keterangan dari Lulu dan Bravo alias Karto," katanya.
Ditambahkannya, Siyono kemudian memerintahkan Tatag alias Awang untuk menyerahkan senjata kepada Siyono untuk diamankan. Sebab tersangka Tatag alias Awang dinilai sudah tidak aman. Senjata itu berupa dua senjata api laras pendek, megasen dan lima butir peluru bertempat di Muntilan, Jawa Tengah. Awang dan dua orang lainnya kemudian berhasil ditangkap Densus.
Siyono, warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, ditangkap Densus 88 Mabes Polri pada Selasa (9/3/2016) lalu. Dia tewas saat dibawa anggota Densus untuk menunjukkan lokasi persembunyian senjata.
(idh/rvk)











































