Transformasi Batang: Kabupaten Termiskin yang Kini Jadi Teladan

Mencari Cagub DKI Terbaik

Transformasi Batang: Kabupaten Termiskin yang Kini Jadi Teladan

Ahmad Toriq - detikNews
Senin, 18 Apr 2016 15:56 WIB
Foto: dok. Pemkab Batang
Jakarta - Kabupaten Batang adalah salah satu fenomena dalam jagat pemerintahan daerah di Indonesia. Dari salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah, Batang kini menjadi pusat belajar tata kelola pemerintahan daerah.

Keberhasilan Batang adalah buah dari komitmen transparansi dan kolaborasi antara birokrasi, legislatif dan masyarakat.

"Seperti yang selalu saya katakan, apa yang berhasil diraih oleh Kabupaten Batang adalah hasil dari kerja keras semua elemen. Ada DPRD yang serius, birokrat yang komit dan warga yang sepenuh hati berpartisipasi mengawasi. Ini yang istimewa dari rakyat Batang," ujar Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, Senin (18/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yoyok yang merupakan mantan Perwira TNI AD terpilih sebagai Bupati Batang 2012 lalu, berkat kerja sama antara kelompok-kelompok pro-demokrasi di Batang dengan partai politik.

Diawali ketika Yoyok Riyo Sudibyo mengikat kontrak politik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Omah Tani, yang dipimpin oleh penerima Yap Thiam Hien Award 2015 Handoko Wibowo. Ketika itu, Yoyok Riyo yang saat itu tidak berpartai menjadi satu-satunya calon bupati yang berani menerima tantangan LSM itu.

Dukungan kepada Yoyok juga datang dari sejumlah penggiat anti korupsi di Jawa Tengah. Kendati Yoyok kemudian diusung oleh sejumlah partai, kolaborasi dengan kelompok pro-demokrasi terus berlanjut bahkan hingga kini.

Setelah dilantik sebagai Bupati Batang periode 2012-2017, Yoyok memenuhi janjinya. Hasilnya, Batang kini berubah total. Dari tak dikenal dan termasuk salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah, kini menjadi rujukan transpransi dan pengelolaan anggaran. Penghargaan bergengsi Bung Hatta Anti Corruption Award diraihnya pada 2015 lalu.

Yoyok juga memenuhi janjinya membantu agenda reforma agraria yang diusung Omah Tani. Puncaknya ketika Februari 2016 lalu Yoyok berhasil menyelesaikan konflik tanah antara petani dengan PT Tratak yang sudah berlangsung selama 17 tahun.

Keberhasilan itu ditandai dengan diserahkannya sertifikat kepemilikan lahan seluas 90 Ha yang sebelumnya dikuasai PT Tratak kepada 425 KK petani. Uniknya, Yoyok mengeluarkan Peraturan Bupati yang menyebutkan tanah yang diserahkan tersebut tidak dapat dijual lagi oleh petani penerima.

Reforma agraria ala Yoyok ini kemudian dijadikan model oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kabupaten Batang juga diberikan penghargaan Reforma Agraria oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang 13 April lalu.

Kendati berhasil memimpin perubahan besar di Batang, Yoyok mengaku tak bisa menyenangkan semua warga. "Pemimpin tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Pro dan kontra adalah konsekuensi dari demokrasi yang harus diapresiasi. Demokrasi tidak bisa ditegakkan sendirian. Tugas seorang pemimpin adalah menjaga keseimbangan," ujar Yoyok.

Dia juga mengakui masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. "Batang bukan Singapura atau Paris. Batang adalah Indonesia, lengkap dengan segala keistimewaan dan kekurangannya. Kami tidak boleh cepat puas. Kerja belum usai, Ada sejarah yang harus dibuat. Sekarang waktunya rakyat Batang menyebarkan inspirasi ini ke seluruh Indonesia," pungkas Yoyok.

(tor/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads