"Kita terus melakukan persiapan-persiapan karena dinamikanya sangat tinggi. Kami menyadari bahwa itu adalah sebuah topik isu yang sensitif. Sejak awal kita sudah mengantisipasi itu," jelas Agus di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Simposium itu digelar pemerintah. Sejumlah pihak diundang, namun diskusi soal 1965 memang rawan adanya gangguan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk persoalan keamanan diskusi, sepenuhnya Lemhanas bekerjasama dengan Kemenko Polhukam.
"Kami sudah antisipasi dengan hal itu. Karena ini pertama kali bisa dikatakan ini sebuah eksperimen untuk mencoba, tapi kalau semua diam mau kemana kita. Tidak akan ada perubahan-perubahan kan, lebih baik kita mencoba tapi terus kita tahu di mana kita salah di mana kita lemah agar memperbaiki dan publik lama-lama terbiasa untuk saling berhadapan langsung sehingga dengan demikian akan membawa pada keadaan yang lebih baik dan lebih membiasakan publik untuk menghadapi hal-hal semacam itu," urai dia.
Menurut dia, simposium ini menjadi upaya akademik dan berakhir pada penyusunan analisis untuk membedah tragedi '65 yang merupakan sejarah.
"Dan sejarahpun punya kedalaman tentang hakikat apa sih tragedi '65 itu dan bagaimana untuk kita bisa menutup masa lalu kita yang kelam dalam bentuk rekomendasi kepada pemerintah," tutup dia. (jor/dra)











































