Pantauan di lapangan, karangan bunga dari kalangan Polri dan TNI termasuk media massa berjejer mulai dari depan gedung rektorat hingga gedung tempat sidang promosi doktor digelar di Gedung 2, lantai IV. Di antaranya dari Komandan Sesko TNI Letjen TNI Agus Sutomo, Kasdam III/Siliwangi Brigjen TNI Wuryanto, Dirlantas Polda Jabar, dan Kapolda Banten Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakuinya memang sulit mengubah citra Polri yang sebelumnya telah terbentuk dalam waktu yang lama.
"Dalam penyusunan disertasi ini saya melihat bahwa Polri sudah melakukan reformasi birokrasi, perubahan-perubahan baik. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ini tidak mudah menciptakan sosok polisi sebagai yang humanis, transparan. Karena ini sudah terjadi berpuluh-puluh tahun, sudah kronis," ujar Aqua.
Menurutnya, untuk membentuk citra yang baik polisi harus menunjukkan kinerja terbaiknya supaya masyarakat melihat ada bukti.
"Kinerja dan citra itu sama-sama penting. Kalau kinerja baik tidak tersampaikan, maka masyarakat tidak akan memahami. Begitu juga kalau hanya pencitraan, tapi kinerja kurang baik, maka masyarakat akan jadi sinis," jelasnya.
Citra harus sesuai dengan kinerja karena masyarakat saat ini kritis. "Kalau tampilan sesuatu itu harus ada buktinya karena masyarakat itu kritis," kata Aqua.
Jumlah polisi saat ini juga dikatakan Aqua masih jauh dari ideal, sehingga kinerja mereka pun belum optimal. Polisi pun harus menerapkan slogan dekat di mata dekat di hati. "Jangan sampai masyarakat merasakan dekat di mata jauh di hati," tutur mantan jurnalis ini.
Sebagai satuan yang paling sering bersentuhan langsung dengan masyarakat, polisi lalu lintas (polantas) dijadikan representasi wajah instansi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Jika ingin memperbaiki citra Polri, maka harus dimulai dari polantas.
"Korlantas adalah etalase polisi. Mereka yang paling banyak bersentuhan dengan masyarakat. Kalau mau memperbaiki wajah atau citra Polri, ya dari lalu lintas," ujarnya.
![]() |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aqua dalam menyusun disertasi dengan studi kasus di Dirlantas Polda Jabar, ditemukan bahwa ada ada yang puas namun banyak juga yang masih belum puas. "Yang merasa puasa karena mendapatkan layanan baik," katanya.
Ia mengatakan bahwa ekspektasi masyarakat akan kinerja aparat kepolisian saat ini begitu tinggi. Namun realita di lapangan, masih banyak ketidakpuasan atas pelayanan polisi. Antara lain masih banyaknya ditemukan pungli dan juga suap.
"Meskipun kita juga harus fair bahwa suap itu juga ada karena adanya dorongan dari luar. Masyarakat yang mau mengeluarkan uang lebih supaya urusannya bisa dipercepat. Kita harus menutup peluang untuk itu," katanya.
Masyarakat juga ikut berkontribusi untuk mengubah wajah polisi, antara lain dengan menaati aturan ada atau tidak ada polisi di jalan.
"Jumlah polantas itu terbatas, kita harus memaklumi kalau polisi tidak selalu ada. Namun bagaimana juga supaya masyarakat ini ada peningkatan kesadaran untuk tertib berlalu lintas. Dan seandainya melakukan pelanggaran mereka mau mengakui." tutur Aqua.
Dirlantas Polda Jabar dikatakan Aqua mengapresiasi masukan-masukan atau kritik masyarakat untuk meningkatkan pelayanannya. "Beberapa tahun terakhir terlihat adanya perbaikan kinerja," tuturnya.
Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh Dr Dadang Rahmat Hidayat, Prof Dr Nina Winangsih, dan Dr Suwandi Sumartias. Sementara ketua promotornya adalah Prof Deddy Mulyana, dengan anggota Dr Atwar Bajari dan Dr Edwin Rizal.
Selain kerabat, hadir juga sejumlah pejabat dari TNI dan juga Polri, seperti Komandan Sesko TNI Letjen TNI Agus Sutomo, Kasdam III/Siliwangi Brigjen TNI Wuryanto, dan Kapolda Banten Brigjen Pol Boy Rafli Amar. (tya/ern)













































