Jika Santoso Tertangkap, Apakah Ancaman Teroris Akan Hilang?

Memburu Kelompok Santoso

Jika Santoso Tertangkap, Apakah Ancaman Teroris Akan Hilang?

Indah Mutiara Kami - detikNews
Rabu, 13 Apr 2016 18:54 WIB
Kepala BNPT Komjen Tito Raker dengan Komisi III (Foto: Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Santoso alias Abu Wardah yang kini dinobatkan sebagai Komandan Mujahidin Indonesia Timur bukanlah seorang ideolog. Ayah enam orang anak itu hanya seorang figur yang dianggap pemberani dan nekat.

Namun menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian, Santoso harus ditangkap. Pasalnya Santoso sudah terlanjur dianggap sebagai simbol perlawanan terbuka terhadap pemerintah. Hal inilah yang mendorong kalangan pendukung gerakan radikal datang ke Poso, Sulawesi Tengah.

"Santoso penting ditangkap karena simbol perlawanan itu," kata Tito saat rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/4/2016).



Apakah dengan penangkapan itu, ancaman teroris hilang dari Indonesia?

"Tapi belum tentu kalau (Santoso) ditangkap pun (teroris) selesai," kata Tito.

Selain Santoso, kata Tito, jaringan pendukung di dalam maupun di luar Poso juga perlu ditangkap. Khusus Poso, BNPT menilai sangat penting mendapat perhatian khusus karena tempat ini pernah dijadikan basis aman oleh jaringan kelompok teroris.



Apalagi selama ini masih ada masyarakat Poso yang menaruh dendam kepada pemerintah akibat konflik horizontal selama kurun waktu tahun 2000 sampai 2007. Geografis di Poso yang banyak pegunungan dan hutan disebut juga berpotensi digunakan sebagai basis latihan militer kaum radikal. Β 

"Jaringan di dalam atau di luar Poso perlu ditangkap. Poso jadi sangat penting karena tempat ini akan jadi cikal bakal mereka karena masyarakat setempat masih ada kemarahan pada pemerintah dan dendam. Medannya juga bisa bergerilya," kata Tito.

Tim Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI saat ini mengarahkan 2.500 personel untuk memburu Santoso dan 28 anggotanya yang bersembunyi di salah satu hutan di Pegunungan Biru, Poso.

(erd/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads