Santoso, kata Tito, pernah ditangkap oleh Kepolisian RI karena terlibat kasus perampokan di Palu pada tahun 2005. "Santoso pernah kami tangkap tahun 2005 dalam kasus perampokan. Dalam penilaian kami, dia bukan ideolog tapi dia sosok yang pemberani dan nekat," kata Tito saat rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Menurut dia, yang menjadi persoalan adalah oleh kelompok radikal Santoso kemudian dinobatkan sebagai simbol perlawanan terbuka terhadap pemerintah. Hal inilah yang mendorong kalangan pendukung gerakan radikal datang ke Poso.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan dia (Santoso) yang atur datangnya kelompok-kelompok lain ke situ. Tapi ada jaringan di sekitarnya yang mengatur perjalanan itu sehingga Santoso penting ditangkap karena simbol perlawanan itu," kata Tito yang mantan Kepala Polda Metro Jaya itu.
Saat ini Santoso dan 28 anggotanya tengah terkepung oleh Tim Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI di Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah. Satgas Tinombala terus memburu dan membatasi pergerakan serta jalur komunikasi kelompok Santoso dan simpatisannya. (erd/nrl)











































