Ada puluhan 'manusia perahu' yang tinggal di atas perahu bersama keluarga dan barang-barang mereka.
![]() |
"Ngapain Rusun, gratis 3 bulan doang. Tempat usaha ngga dikasih. Punya KTP KK DKI. Nggak pengen juga pindah rusun. Rusun juga nggak layak," jelas Nur (24) yang tinggal bersama anak dan suaminya yang nelayan, Rabu (13/4/2016).
Nur terlihat bersantai di atas perahunya. Barang-barang menumpuk. Perahu yang berukuran beberapa meter ini kini menjadi rumah dia dan keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak ada bantuan, dari aparat juga nggak ada. Adanya dari tetangga, ngasih nasi bungkus doang," imbuh dia.
Di perahu itu selain Nur, ada juga kerabatnya. Mereka bersama-sama tidur di atas perahu. Untuk mencuci mereka bergerak ke darat menumpang di tempat lain, untuk memasak hanya seadanya di atas perahu, dan terkadang membeli.
![]() |
"Semuanya beli, buat minum di galon, 1 galon 17 ribu. Segalon buat rama-ramai. Masak juga di sini. Mandi numpang. Makanya suami lagi nyari besi buat tambahan," terang dia.
Nur tak tahu sampai kapan tinggal di perahu. Bersama anaknya dia hanya menunggu, menunggu keajaiban datang.
"Masih mengharapkan adanya bantuan, tapi nggak mungkin kayaknya. Ahok kan kemarin udah bilang di tanah negara nggak dapet ganti rugi," tutup dia sambil merebahkan diri di atas perahu. (dra/dra)













































