"Saya tahunya malah dari ibu dan romo-romo. Kalau Bapak tidak pernah cerita," kata Prabukusumo ketika berbincang dengan detikcom di kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY, Jalan Kenari, Yogyakarta, Senin (11/4/2016).
Seluruh keluarga dan kerabat Keraton Yogyakarta, kata Prabukusumo, sudah mengetahu cerita itu. Sultan HB IX merupakan figur yang tak banyak bercerita tentang kegiatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Rebuwes yang diminta Royadin, kata Prabukusumo adalah SIM milik Sultan HB IX. Meski begitu, pihak keluarga Keraton tidak pernah berkenalan langsung dengan Royadin.
"Tapi Bapak yang minta agar pak Royadin dinaikkan pangkatnya sejak itu," tuturnya.
Prabukusumo mengisahkan, di beberapa sikapnya Sri Sultan HB IX tak mau menjelaskan alasan di baliknya. Bahkan ketika putra-putrinya bertanya sekalipun.
Misalnya saat beberapa ilmuwan dari luar negeri yang datang ke Yogyakarta untuk melakukan penelitian tentang dukungan Keraton Yogyakarta kepada pembentukan negara Indonesia.
"Saya sampai tanya 30 kali lebih, beliau tidak mau menjawab. Hingga akhirnya beliau mau menjawab dengan berkata 'prinsipnya, yang saya lakukan adalah kewajiban'," kata Prabukusumo menirukan perkataan ayahnya.
Hal ini sama dengan saat Sri Sultan HB IX memutuskan membangun selokan Mataram pada masa penjajahan Jepang. Banyak yang mempertanyakan bahkan meremehkan keputusan raja saat itu.
"Tapi Bapak diam saja (dengan anggapan orang). Karena beliau punya tujuan yang lebih besar ternyata. Beliau ingin menyelamatkan masyarakat Yogyakarta dari Romusha. Tapi beliau tidak pernah mengatakan (tujuan) itu," ulas Prabukusumo. (sip/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini