"Apa pun itu, kalau sudah main bayar-bayaran, maafkan bila saya mundur, saya tidak suka," kata Syahrul di rumah dinasnya, Jalan Jenderal Sudirman, Makasar, Selasa (12/4/2016). Di kediamannya, Syahrul sedang menjamu calon ketum Golkar lain, Mahyudin.
Dia mengatakan sudah ikut serta lima kali pemilihan kepala daerah. Namun, tak pernah dengan memakai pungutan pembayaran. Bila cara inI diterapkan, ia khawatir tak bisa memperbaiki Golkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut Mahyuddin mengatakan jika setiap caketum dibebankan iuran pendaftaran miliaran rupiah, ia tetap mempertimbangkan untuk tetap ikut. Namun, ia menginginkan agar pendaftaran ini tak mesti menyetorkan biaya.
Ada kekhawatiran bila pendaftaran miliaran rupiah ini akan membuat pandangan publik terhadap Golkar menjadi negatif.
"Saya maunya pendaftaran nol rupiah. Biaya pelaksanaan Munas kan tanggungan panitia, bukan dengan membebankan pada calon. Hal ini tidak baik karena akan memunculkan opini publik yang negatif dan membuat orang malas masuk Golkar karena harus bayar miliaran untuk jadi ketua umum," ujarnya.
Dalam pertemuan empat mata antara Syahrul dan Mahyudin, kedua politis ini sepakat saling mendukung dan meminimalisir persaingan dalam MunasLUB yang kurang sebulan lagi pelaksanaannya. Siapa pun di antara mereka yang menguat di Munas mendatang akan didukung oleh salah satu di antara mereka.
Politisi berusia 45 tahun ini merupakan caketum keempat yang menemui Syahrul. Sebelumnya, tiga caketum Golkar lainnya yang datang menemui Syahrul yakni Airlangga Hartanto, Setya Novanto dan Aziz Syamsuddin.
(mna/hty)











































