Temui JK, Pengurus IPF Bahas Perhelatan Dialog Perdamaian

Temui JK, Pengurus IPF Bahas Perhelatan Dialog Perdamaian

Ferdinan - detikNews
Selasa, 12 Apr 2016 13:01 WIB
Temui JK, Pengurus IPF Bahas Perhelatan Dialog Perdamaian
Foto: Ferdinan/detikcom
Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan dewan jajaran pengurus International Peace Foundation (IPF). IPF menyampaikan rencana perhelatan dialog perdamaian di Indonesia yang akan dihadiri para penerima nobel.

"(Bicara) rencana kedatangan beberapa penerima nobel tahun depan ke Indonesia untuk memberikan ceramah. Ada 7 penerima nobel yang akan datang," ujar JK di Kantor Wapres Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (12/4/2016).

Ketua Dewan Penasihat IPF, Pangeran Liechtenstein, HSH Alfred usai pertemuan mengatakan pihaknya ingin berbagi pengalaman dengan pemerintah Indonesia dalam menciptakan budaya perdamaian. Alfred secara khusus bicara dengan JK mengenai perhelatan yang bertajuk 'Bridge-Dialogues Towards a Culture of Peace'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami berbicara mengenai situasi terkini di Eropa dan kami berpikir kami dapat belajar banyak dari Indonesia dan tentunya Wapres Kalla. Kami juga membahas program dialog mengenai isu perdamaian yang akan digelar tahun ini di Indonesia," ujarnya.

IPF sambung Alfred juga meminta kesediaan JK menjadi ketua kehormatan IPF khusus di Indonesia.Β  "Kalla dengan senang hati menerima posisi tersebut. Ini sangat baik untuk mengenalkan program IPF juga mempelajari kondisi di Indonesia mengenai muslim modern, model perdamaian di sini," sambungnya.

Sementara itu Ketua IPF, Uwe Morawetz menyebut 7 penerima nobel yang akan datang ke Indonesia merupakan peraih penghargaan di bidang ekonomi, perdamaian, fisika, kimia dan kesehatan. Mereka akan berkeliling di sejumlah kampus seperti Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Kami membawa mereka (penerima nobel) untuk menjadi pembicara di universitas guna memberi inspirasi bagi kaum muda. Mereka datang bukan hanya memberi pelajaran namun juga untuk berdiskusi," kata Morawetz.

"Kami menginginkan mereka mendapatkan pengalaman terbaik untuk menjadi 'duta besar' di negaranya. Ini bukan sekadar kunjungan namun mereka bisa membangun program penelitian," imbuh dia. (fdn/Hbb)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads