"Kita namakan tikus akar karena berdasarkan penelitian mengenai saluran pencernaan dengan dibantu ahli dari Museum Victoria, teridentifikasi bahwa yang ada di dalam saluran pencernaan tikus kebanyakan material akar tanaman," kata peneliti LIPI Anang Achmadi saat berbincang dengan detikcom, Senin (11/4/2016).
Anang menjelaskan, secara umum, tikus merupakan binatang omnivora atau pemakan segala. Namun untuk tikus akar lebih banyak mengkonsumsi akar tanaman. Selain itu, tikus akar juga makan biji-bijian, lava dan serangga. Penemuan ini telah dipublikasi dalam jurnal ilmiah dan dipastikan sebagai genus baru. Tikus akar belum pernah ditemukan sebelumnya di kawasan manapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlahnya masih mungkin bertambah karena kami belum melakukan penelitian menyeluruh," ujarnya.
Selain pemakan akar tanaman, karakteristik khusus tikus akar lainnya adalah perbedaan anatomi tubuh. Tikus akar memiliki moncong, telinga dan ekor yang berbeda dengan tikus pada umumnya.
"Yang paling dekat dengan tikus akar adalah tikus air. Dia memiliki selaput renang," ujarnya.
Penemuan tikus akar merupakan hasil jerih payah dari tim LIPI dan Museum Veronica Australia yang telah melakukan penelitian di hutan-hutan di Sulawesi selama sekitar 6 tahun. Hutan-hutan lain yang menjadi objek penelitian antara lain hutan di Gunung Latimojong, Lore Lindu, Luwuk Banggai dan Tompotika.
Dari hasil penelitian sejak tahun 2010 tersebut, hasilnya sangat mengejutkan. Tim menemukan 3 genus baru dari tikus yakni tikus ompong atau aucidentomys vermidax, tikus air atau Waiomys mamasae dan tikus hidung babi atau Hyorhinomys stuempkei. Tikus sengaja dijadikan salah satu objek penelitian mengingat populasi mamalia kecil di Sulawesi Barat terakhir terdata pada tahun 1939 oleh ilmuan Belanda.
"Dari satu kelompok hewan saja banyak ditemukan spesies baru, maka kemungkinan untuk kelompok hewan lain juga masih sangat besar," kata Anang.
(kff/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini