Namun Agus mengaku sering dipandang sebelah mata karena keterbatasan fisiknya. Banyak yang awalnya meragukan kemampuan Agus membetulkan elektronik yang rusak karena ia hanya memiliki satu tangan. Padahal kenyataannya, ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan pelanggan.
Menanggapi hal itu, Nahar mengimbau agar masyarakat tak hanya menilai orang lain dari faktor fisik semata. Sebab banyak para penyandang disabilitas yang justru memiliki kemampuan lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai contoh, saat ini Indonesia memiliki 9 penyandang disabilitas bergelar doktor. Bahkan kata Nahar, salah satu di antaranya segera meraih gelar profesor.
"Banyak dari mereka yang menyuarakan Indonesia di dunia. Saya saja kalah. Ini tidak boleh dilupakan," ucapnya.
Nahar mengatakan, saat ini para difabel tak lagi diperlakukan seperti orang dengan ekonomi lemah yang membutuhkan bantuan. Kebutuhan mereka lebih kepada penyetaraan dengan orang normal seperti fasilitas umum yang ramah bagi difabel.
"Jadi program juga harus berubah. Sekarang tidak hanya Kemensos yang dituntut memenuhi kebutuhan para penyandang disabilitas. Dalam UU yang baru, ada 61 kewajiban yang harus dipenuhi negara dan melibatkan berbagai kementerian," ujarnya.
(kff/imk)