Butuh waktu yang tidak sebentar bagi Agus untuk memaknai kehilangan kondisi kedua kaki dan satu tangannya. Oleh karena itu, ia ingin agar para tuna daksa yang juga mengalami kondisi sama untuk tidak patah semangat begitu saja.
"Intinya kita harus semangat. Allah menjadikan kita seperti ini bukan tanpa maksud. Dulu saya enggak bisa apa-apa, sekarang bisa seperti ini," ujar Agus saat berbincang di tempat servis elektronik miliknya yang terletak di Jl Jiban, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (10/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ayah dari dua orang anak ini berpesan agar senantiasa mendengarkan kata hati. Sebab hati tidak pernah berbohong. Selain itu jangan pernah lelah menggali potensi dalam diri. Jangan takut pula menekuni apa yang disukai.
"Semangat dan harus bisa menggali apa yang kita mau. Cari dari dalam hati kita mau dan jalani, cuma yang positif," terangnya.
Terlepas dari itu semua, Agus berpesan pentingnya selalu mendekatkan diri dengan Tuhan. Sebab semua ini dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya pula.
"Kata guru saya, jangan lihat orang di atas kita tapi lihat yang di bawah kita dari segi apa yang mau kita ambil. Kita itu harus seperti orang bawa mobil, harus lihat ke depan tapi sekali-kali lihat ke belakang. Itu pesan almarhum guru saya," tutup Agus sambil tersenyum.
Agus kehilangan sepasang kaki dan tangan sebelah kirinya saat hendak menyeberang perlintasan liar dini hari. Agus yang kala itu masih berusia 18 tahun itu pun harus rela dua kakinya putus di tempat dan satu tangannya diamputasi oleh dokter di rumah sakit. (aws/mad)