Sekitar puluhan orang dari kelompok yang menamakan diri 'for Bali' berorasi saat kegiatan Car Free Day (CFD) di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (10/4/2016). Mereka juga membentangkan spanduk penolakan dan melakukan longmarch dari Jalan MH Thamrin-Bundaran HI.
"Secara aspek sosial reklamasi Teluk Benoa akan menyingkirkan masyarakat sekitar Teluk Benoa karena nantinya hanya orang-orang yang punya uang yang masuk ke sana. Masyarakat Bali sendiri tidak akan dapat apa-apa," ujar salah satu orator dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Eka Prasetya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Eka, reklamasi tersebut merusak berbagai aspek yang sudah tertata dengan baik. Dari segi aspek budaya, misalnya, bila pemerintah bersikukuh melanjutkan proyek reklamasi ini nantinya akan banyak tempat-tempat suci di sana yang rusak dan perlahan hilang. Belum lagi dilihat dari aspek lingkungan, lanjut Eka, reklamasi hanya merusak tampungan air yang selama ini dialiri ke masyarakat.
"Bali akan tenggelam secara perlahan-lahan. Secara hukum, ini mengangkangi UUD 1945 karena tidak menyejahterakan masyarakat," lanjutnya.
![]() |
Kelompok 'for Bali' juga mengajak Presiden Jokowi untuk ikut menyanyi mars 'Bali Tolak Reklamasi' bersama-sama di Bundaran HI. Mereka juga mengancam akan terus menyanyikan mars tersebut setiap minggunya di kegiatan CFD bila aspirasinya tak kunjung mendapat respon dari pemerintah.
"Kami mengajak presiden untuk menyanyikan lagu Bali Tolak Reklamasi kalau memang presiden kita belum blusukan dan dekat dengan rakyat, yuk ikut tolak reklamasi Teluk Benoa demi kelangsungan hidup masyarakat Bali!" seru mereka yang memakai kaos putih bertuliskan 'Bali Tolak Reklamasi' dan mengikatkan tali kepala sambil membawa spanduk.
Acara ini kabarnya juga dilakukan di sejumlah kota. Di Bali, aksi penolakan Reklamasi Benoa sudah berlangsung sejak lama.
(aws/kha)