Menurut Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, tidak ada laporan kerusakan akibat gempa yang berpusat di barat daya Garut pada kedalaman 61 km itu.
Namun Sutopo mengingatkan agar masyarakat selalu waspada terhadap gempa yang bisa datang mendadak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sutopo, sumber ancaman gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan lempeng Eurasia. Kedua tumbukan lempeng tadi bergerak aktif rata-rata 5-7 cm/tahun ke arah utara dan timur laut.
"Pelepasan energi gempa besar baru terjadi di selatan Banyuwangi pada tahun 1994 dan selatan Pangandaran tahun 2006, sedangkan daerah di sepanjang jalur subduksi lainnya tidak diketahui karena terbatasnya data sehingga dikenal sebagai seismic gap," jelas dia.
"Selain itu ancaman gempa juga dari sesar yang ada di darat seperti sesar Lembang, Cimandiri, Opak, dan lainnya," tambah dia lagi.
Sesar Lembang merupakan retakan memanjang sepanjang lebih dari 22 km yang terletak di utara Kota Bandung.
"Pemda, masyarakat dan dunia usaha perlu meningkatkan latihan dan sosialisasi agar masyarakat siap menghadapi gempa dan tsunami. Bangunan harus kuat dengan konatruksi tahan gempa. Anak-anak sekolah perlu diedukasi dan dilatihkan terus menerus," tutup dia. (dra/dra)











































