"DKI memiliki multi culture. Tetapi multi culture tidak mesti menyingkirkan aspek-aspek yang menjadi identitas DKI sendiri," kata Dedi kepada detikcom di sela penataan Pasar Maranggi di kawasan Plered, Purwakarta, Rabu (6/4/2016).
Modernisasi Jakarta, kata Dedi, membuat lahan kian sempit. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat kian tinggi. Meski demikian, bukan berarti nilai-nilai kebudayaan harus tergerus. Nilai-nilai kebudayaan yang dimaksud adalah Betawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa yang harus dilakukan cagub DKI soal budaya? Menurut Dedi, cagub harus sosok plural, yang menghargai keragaman. Tak cuma etnik Indonesia, tapi dunia. "Pemimpin DKI harus representasi masyarakat Jakarta yang berdomisili (penduduk tetap)," tuturnya.
Dedi mengaku belum berpikir ke Jakarta. Dalihnya, ia ingin menata Purwakarta hingga periode jabatan pada 2018 mendatang. Ucapan terima kasih ia sampaikan kepada beberapa pihak yang menyebutnya layak menjadi pemimpin di luar Jakarta.
"Kalau dianggap mempunyai kapabilitas dan kapasitas, terima kasih," ujar peraih penghargaan di bidang budaya di Hari Pers Nasional (HPN) 2016 ini.
Pilgub DKI digelar 2017 mendatang. Selain Dedi, ada sejumlah kepala daerah yang dinilai berhasil memimpin daerah dan layak maju ke DKI seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Wali Kota Pangkalpinang M Irwansyah, dan Wali Kota Malang Moch Anton.
Siapakah di antara mereka yang akan jadi cagub DKI terbaik?
(trw/van)











































