"Saya kurang santun apa? Sudah pakai kopiah bolak balik. Inilah saya, masa mau diubah," kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (6/4/2016).
(Baca juga: Ulah Fahri Hamzah yang Disoal PKS: Kata-kata Bloon Hingga Tak Pro KPK)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak punya beban, tidak punya record korupsi. Saya tidak punya kasus hukum," ujar anggota DPR dari Dapil NTB ini.
Dia pernah mendengar bahwa gayanya yang ceplas ceplos itu kurang cocok dengan gaya Jawa. Hal itu ditampik.
"Saya keliling Jawa dielu-elukan di basis itu," ucap Fahri.
Politikus berusia 44 tahun ini mengatakan bahwa bila dia memiliki perbedaan pendapat dengan Presiden PKS Sohibul Iman, maka bukan berarti Sohibul yang benar. Kalaupun ada, itu tidak bisa kemudian dijadikan dasar hukum.
"Tidak boleh partai sesuai selera pimpinan," ungkapnya.
(Baca juga: Fahri Hamzah Melawan, Tifatul: Silakan, Itu Hak)
Fahri lalu membandingkan kondisi ini ketika PKS dipimpin oleh Anis Matta sebagai Presiden dan Hilmi Aminuddin selaku Ketua Majelis Syuro. Saat itu, Fahri justru dibela Hilmi soal ucapannya.
"Saat itu SBY telepon Ustad Hilmi. Jawaban ustad, dia kan wakil rakyat. Anggota parlemen, dari kata parle yaitu bicara. Dia punya konstituensi yang senang dia ngomong begitu. Itu sikap yang benar," kenang Fahri.
"Jadi tidak boleh dihukum karena gayanya, pendapatnya," pungkasnya.
(imk/fdn)











































