Bukan Sekedar Soal Bunga

Anyonghaseo (10)

Bukan Sekedar Soal Bunga

M Aji Surya - detikNews
Selasa, 05 Apr 2016 11:32 WIB
Bukan Sekedar Soal Bunga
Foto: Istimewa
Seoul - Anyonghaseo. Menata dan merapikan bisa jadi merupakan pekerjaan yang sering terlupakan. Potensi yang besar akan sia-sia manakala tidak dikelola dengan baik. Sebagian kita terlena dengan alam yang memanjakan. Waduh.

Bila dihitung, dalam sepuluh hari pertama bulan April ini merupakan hari-hari paling sibuk memotret bagi warga Korea dan Jepang. Mulai kamera ecek-ecek, kamera hape hingga yang pakai zoom, semuanya diarahkan pada satu obyek saja: bunga sakura. Inilah waktu paling ajaib yang alam berikan. Selepas sepuluh hari, keindahan itu menghilang begitu saja.

Foto: M Aji Surya/detikcom

Pagi, siang, sore dan malam hari, setiap orang akan mengambil foto. Bahkan turis pun berdatangan sekedar untuk action atau selfie di depan bunga menawan ini. Pasti masih ingat, ibu-Ibu istri anggota majelis terhormat sampai berfoto membawa spanduk di depan indahnya bunga sakura yang kemudian menghebohkan dunia online! Semua memang berasal dari perkara sepele: bunga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Jepang dan Korea saat ini memang sedang panen keindahan. Musim semi tiba. Ketika matahari mulai mencorong dan kehangatan datang, maka bunga bermekaran.Β  Sayangnya itu tidak akan berlangsung lama. Sangat singkat.

Foto: M Aji Surya/detikcom

Menyadari hal itu maka Pemerintah di negeri ginseng misalnya, tak segan-segan untuk menanam bunga sakura sedemikian elok dan rapinya. Kalau melihat kota Seoul sekarang, boleh dibilang seperti sebuah kota yang sedang hajatan. Bunga sakura berderet-deret di sepanjang jalan dan sungai, ditingkahi dengan bunga lain berwarna kuning dan merah.

Pastilah, bunga yang bermekaran itu berdampak positif bagi warganya. Bukan hanya soal hati yang ikut berbunga-bunga, namun pundi-pundi negara juga terisi dengan datangnya para wisman berkantong tebal. Hati senang plus rejeki melimpah.

Foto: M Aji Surya/detikcom

Fenomena seperti ini pastilah bukan hanya milik Korsel dan Jepang. Tengoklah Negara mantan penjajahan nenek moyang kita, Belanda. Negeri kincir angin ini benar-benar memanfaatkan waktu musim semi untuk meraup banyak keuntungan melalui bunga tulip. Selain menarik wisatawan, mereka juga membudidayakan dan mengekspornya dalam jumlah yang fantastis.

So, alam yang tidak terlalu bersahabat pun bisa dinego sedemikian rupa sehingga menjadi kesempatan yang berharga. Semua kembali pada kejelian dan manajemen. Tuhan memang adil. Tidak memberikan rahmatnya hanya kepada satu bangsa saja. Tapi disebar dan dibagi-bagi sedemikian rupa.

Foto: M Aji Surya/detikcom

Omong-omong soal bunga, sebenarnya dan sejujurnya, Indonesia diberikan kelebihan dibanding Korea Selatan maupun Belanda. Bukan hanya model bunganya, namun juga iklim tropis yang memungkinkan banyak bunga mekar sepanjang tahun, bukan hanya 10 hari atau dua bulan. Bahkan, kita punya terlalu banyak bunga yang tipe kecil, menengah ataupun besar.

Jadi kalau mau, setiap bulan pun Indonesia bisa bikin festival bunga. Mulai kembang sepatu, kembang matahari sampai kembang anyelir, asoka dan lainnya. Kita memang sangat kaya dengan aneka kembang. Tinggal kapan kita mau bikin festival bunga apa. Kita bahkan bisa menyelimuti semua kota di Indonesia dengan bunga siang dan malam sepanjang tahun. Semua bisa dan so pasti lebih hebat dari sekedar Korsel, Jepang dan Belanda. Masalahnya, punya niatkah kita? (try/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads