Kang Yoto: Warga Bojonegoro Hidup Harmonis dengan Banjir

Mencari Cagub DKI Terbaik

Kang Yoto: Warga Bojonegoro Hidup Harmonis dengan Banjir

Elvan Dany Sutrisno, Arifin Asydhad - detikNews
Senin, 04 Apr 2016 13:27 WIB
Foto: Elvan Dany S
Jakarta - Bupati Bojonegoro Suyoto punya konsep living harmony yang membuat warga Bojonegoro bisa hidup harmonis dengan banjir. Seperti apa ceritanya?

"Jadi yang pertama posisi Bojonegoro ini kan sebenarnya daerah aliran di hilir, tapi tidak hilir amat. 18 Kabupaten itu kalau hujan serentak itu bisa ngirim air semua ke Bojonegoro. Karena sejarah masa lalunya memang 30 juta tahun yang lalu adalah laut. Karena itu tanah masih gerak, pecah kalau kering, formasi minyak di atas gunung saja ditemukan karena itu memang dulunya laut," kata Bupati supel yang akrab disapa Kang Yoto ini, mengawali perbincangan dengan detikcom di kawasan perkembunan warga di Ngringinrejo, Bojonegoro, Jumat (1/4/2016) kemarin.
Banjir di Bojonegoro

Kang Yoto berkisah, awalnya warga Bojonegoro ingin melawan banjir. Warga mulai meninggalkan kearifan lokal yang dilakukan oleh nenek moyangnya.

"Dulu rumah di sini kayu kemudian berubah batu bata, terus dulu jalannya tanah eh lama-lama diganti aspal. Aspal kalau kena banjir rusak. Banyak juga budaya yang meninggalkan air orang-orang sini, ada anak-anak tenggelam saya kaget ternyata tidak bisa renang. Jadi kita ini secara tidak sadar ingin melawan banjir, orang bahkan tidak mikir musim banjir tetap tanam.  Padahal orang sini itu punya kearifan dulu misalnya orang bikin batu bata kalau habis banjir tanahnya. Orang melihara ternak karena banjir pun bisa diungsikan ternaknya sehingga ekonomi tidak terganggu. Wah ada yang salah hidup kita ini kok tiba-tiba ingin melawan banjir," paparnya penuh semangat.
Bendung gerak di Bojonegoro

Padahal, menurut Kang Yoto, sejak zaman Belanda sebenarnya banjir di daerahnya tidak dilawan. "Jadi tidak dibikin tanggul, air Bengawan Solo biarkan saja meluber. Memang Karangnongko barage itu besar, itu pun tidak untuk melawan, hanya mengatur bagaimana banjir itu datang tidak merusak tanaman supaya bisa panen. Solo valley itu gunanya lebih untuk produksi pangan supaya tidak terganggu banjir. Apalagi kalau Bojonegoro mau mencanangkan kita bebas banjir, nggak mungkin karena dapat kiriman dari seluruh kabupaten kota, karena  itu kita kembangkan living harmony, hidup harmonis dengan banjir," kata Kang Yoto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maka membangun jalan mulai kita ubah, yang berat sekali kita cor, yang lain kita paving. Terus kantornya pun mulai naik. Kemampuan renangnya kita ajari, anak-anak harus bisa renang, maka muncul ekonomi baru, kolam renang ada 20, muncul kolam renang di mana-mana. Jadi kita harus hidup harmonis dengan bengawan makanya kita buat festival Bengawan Solo dan lain-lain," imbuhnya.
Jalan paving aman dari banjir

Pada awal konsep living harmony diterapkap masyarakat tak langsung percaya. "Kita sudah bisa memperkirakan dengan agak cermat kapan air datang, kapan air turun. Dulu awalnya tahun 2008 orang nggak percaya, tahun 2009  mulai percaya, tahun 2010 full percaya kepada pemerintah. Kalau bilang jangan tanam ya tidak tanam, pemerintah benar-benar hadir memandu mereka," kata Kang Yoto.

Kini sejumlah infrastruktur untuk 'menyambut' banjir pun telah dipersiapkan. Di daerah rawan banjir sudah dipersiapkan semacam tempat pengungsian terpadu yang nyaman.
Memasak di pengungsian

"Tadi lewat Terucuk kan lewat taman Ebaga, evaluasi bahagia. Itu kalau banjir besar orang bisa tinggal di situ dan nyaman. Makanan disiapkan, ada tempat hewan, tempat orang tidur, ada dapur umum. Semua bisa hidup bareng-bareng. Di Kota ada Gedung Serba Guna, tempat lain ada dapur komunitas warga. Jadi yang berubah sekarang ini orang yang tadinya rugi karena banjir sekarang bisa dihindarkan. Kerugian barang bisa diamankan, kerugian manusia diamankan, orang dulu stres sekarang nggak lagi, pertanian jalan, produksi pangan jalan," katanya.

Di akhir cerita, Kang Yoto mengungkap ada sebuah tanggul sepanjang 17 km yang dibangun di atas tanah warga secara sukarela dengan sedikit uang pengganti. Tanggul ini yang menyelamatkan warga pinggiran Bojonegoro dari kegagalan panen akibat banjir.
Warga kerja bakti membuat tanggul

"Kanor itu ada hamparan sawah, 5.000 hektar dua kecamatan itu gabung kalau sudah hujan ketinggian airnya di bawah Bengawan Solo. Tanggul bukan menghalangi banjir fungsinya dia bisa menahan sampai panen, setelah panen baru dilepas airnya masuk. Kanor itu dulu kantong kemiskinan sekarang jalan-jalannya seperti di kota," pamernya.
Masyarakat hidup harmoni dengan Bengawan Solo
(van/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads