Kemudian ia bersama temannya yang bernama Rahman Santosa alias Mamat (35) membunuh korban dengan cara membekap dengan bantal pada Minggu (27/3) dini hari. Keduanya kemudian ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.
Terhadap motif yang disampaikan tersangka tersebut, pihak keluarga menyampaikan klarifikasi. Pasalnya, menurut keluarga, justru Ratnita yang sering mendapatkan perlakuan yang tidak baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khaerudin mengatakan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Ratnita sebelum kejadian. Menurutnya, pihak keluarga mempunyai bukti yang cukup banyak untuk membantah hal tersebut.
Ibunda korban, Hj. Chairy juga menceritakan bahwa Ratnita kerap mendapatkan perlakuan kasar berupa kontak fisik maupun secara lisan.
Hj. Chairy yang tinggal di Medan sering berkomunikasi lewat ponsel dengan Ratnita. Hj. Chairy yang biasa memanggil anaknya dengan panggilan Andri bercerita runut tentang kejadian yang menimpa anaknya tersebut.
Hj. Chairy mengatakan bahwa Ratnita pernah mendapatkan makian dari adik Triono. Melalui sms, Ratnita mendapatkan hinaan berupa kata-kata kasar juga ada kalimat yang menghina pihak keluarga Ratnita.
"Seminggu sebelum kejadian, Andri telepon dan cerita ke saya. Pada hari itu dia sempat dikeroyok oleh adik-adik Triono. Andri sempat dijambak, antingnya hilang, badannya juga bilur-bilur," kata Hj. Chairy sambil sesekali menyeka air matanya.
Pada saat kejadian tersebut, hadir Ketua RT, Waras datang menjadi penengah. Waras juga yang pihak yang mendamaikan keadaan. Adik-adik Triono dan Ratnita diminta bersalaman tanda saling memaafkan.
"Saat itu Andri sempat ingin melapor (kepada pihak kepolisian). Tapi saya menyarankan untuk tidak melakukannya. Karena sudah berdamai dan tidak ingin keadaan menjadi semakin runyam," tuturnya.
Kondisi menjadi lebih baik. Adik-adik Triono pun menjadi baik terhadap Ratnita. Ratnita sempat diajak berjalan-jalan bersama. Juga diajak berkunjung ke rumah mertuanya. Kepada Hj. Chairy pun Ratnita bercerita mulai belajar memasak makanan kesukaan suaminya.
"Kemudian hari Sabtu (26/3), Andri telepon saya terus. Dari pagi, siang sampai sore. Dia cerita mulai memasak makanan kesukaan suaminya dan suaminya pun senang," ucapnya.
Pada Minggu (27/3), Hj. Chairy bertanya-tanya, kemana anaknya. Pasalnya, tiap hari Minggu, Ratnita biasanya menelepon ibunya. Maka pada pukul 21.00 WIB, Hj. Chairy pun menelepon Ratnita. Namun, telepon tersebut tak terjawab. Begitupun ketika Hj. Chairy menelepon menantunya, Bripka Triono.
Kabar meninggalnya Ratnita didengar Hj. Chairy ketika mendapat telepon dari anaknya, Felly Kurnila. Felly pun sempat menghubungi kakaknya yang lain, Indra Gunawan. Pihak keluarga tidak langsung percaya terhadap kabar tersebut, maka Felly pun diminta untuk datang memastikan ke rumah Ratnita di Jl. Perjuangan RT 02/08 Kel Tugu Kec Cimanggis Kota Depok.
"Saya dan ibu mendapatkan kabar pada Minggu (27/3). Saya sendiri tidak percaya karena sebelumnya, kakak saya (Ratnita) sehat-sehat saja. Lalu kita minta Felly untuk memastikan kabar tersebut," ujar Indra Gunawan.
"Felly menelepon saya, dia bilang Andri benar-benar meninggal. Felly yang waktu itu bertemu dengan Triono, menawarkan saya untuk bicara dengannya. Kemudian saya tanya ke Triono, apa yang jadi penyebab meninggalnya Andri. Tapi saya tidak percaya, karena nada bicara Triono tidak seperti orang sedih," kata Hj. Chairy.
Pada malam itupun, Felly meminta dilakukan visum terhadap jenazah Ratnita. Keluarga merasa ada yang janggal atas peristiwa ini.
"Saya ikhlas dengan meninggalnya anak saya. Mungkin takdir dari Allah, dia cuma sampai sini saja. Tapi saya tidak bisa terima dengan cara dia meninggal. Dalam rumah tangga memang wajar terjadi cekcok, tapi mengapa akhirnya harus seperti ini?" ucap Hj. Chairy.
Hj. Chary bercerita bahwa anaknya bercita-cita ingin membesarkan anaknya hingga menjadi perawat dan polisi. Selama hidup, Ratnita bekerja dan menabung untuk keperluan kedua anaknya yang bernama Inaya (7) dan Furqon (5).
(rvk/rvk)











































