Dari video yang diperoleh detikcom, Santoso terlihat sedang mengolah anoa yang baru saja disembelihnya. Pria gondrong berbaju hijau ala militer itu, sempat mengusap-ngusap anoa berkulit hitam. Sesekali dia berbicara dengan anak buahnya soal hewan tersebut.
Belakangan, hewan itu dipotong-potong lalu dibakar. Santoso kemudian memakannya dan menyebut hewan itu sebagai anoa. Dia menggunakan istilah sapi hutan. "Rasanya lezat," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, anoa, kuskus dan burung rangkong adalah termasuk hewan yang dilindungi. Menangkap untuk membunuh, memiliki hewan dilindungi dilarang sesuai Pasal 21 UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Santoso diketahui hidup di pegunungan dan hutan di Poso, Sulteng, sejak 2013 lalu. Di hutan tersebut, Santoso Cs melakukan kegiatan pelatihan militer (tadrib) dan perencanaan untuk melakukan amaliyah.
Sumber menyebut, selama hidup di hutan, kelompok Santoso mendapatkan kiriman logistik dari kurir yang tinggal di kota. Mereka juga kerap menjarah kios-kios di perkampungan atau umbi-umbian milik warga.
"Kadang mereka memakan tanaman yang tumbuh di hutan berupa ujung rotan dan ujung batang pohon pinang," ujar sumber kepada detikcom, Jumat (1/4/2016). (mad/mad)