Tito memberi pemaparan soal ISIS dalam acara 'Diskusi Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Imam Masjid dan Dai Muda se-Jawa Tengah' di Solo, Kamis (31/3/2016). Dia menggatakan, ISIS lebih berbahaya daripada kelompok Al Qaeda.
Isis disebutnya meniru cara Nabi Muhammad SAW dengan konteks yang disamakan dengan kondisi saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dijelaskan Tito, ISIS adalah gabungan dua kelompok utama, yaitu kelompok tauhid wal jihad di Irak yang didirikan Abu Muhammad Magdisi, dilanjutkan Abu Mussaf Jarkawi, yang kemudian mengenalkan doktrin baru, takfiri. Setelah itu dilanjutnya muridnya, pendiri ISIS Abubakar Al Baghdadi.
ISIS, lanjut Tito, juga meniru konsep perang Nabi Muhammad SAW, seperti hijrah yang mereka lakukan dari berbagai negara ke Suriah. Jika Nabi Muhammad menjadikan Madinah sebagai Qoidah Aminah, ISIS menggunakan Suriah sebagai Qoidah Aminah, sehingga mereka juga mengenal ada Anshor. ISIS menterjemahkan cara-cara nabi itu dengan kondisi saat ini. Β
Tito menyebut, yang lebih bahaya lagi, ISIS menggunakan doktrin takfiri dengan konsep tauhid. Artinya, bagi orang yang tidak menggunakan konsep mereka, dianggap boleh dihancurkan atau dibunuh.
"Kita dapat tumpahannya. Ingat tahun 2012 masjid di Cirebon meledak oleh bom bunuh diri saat Salat Jumat. Kalau Jamaah Islamiyah tidak melakukan itu, tapi bagi ISIS bisa melakukan itu kepada orang-orang yang tidak mau ikut mereka," jelas mantan Kapolda Metro Jaya ini.
![]() |
Karena itu, ditambahkan Tito, BNPT saat ini terus bekerja keras membendung masuknya paham ISIS ke Indonesia. Apalagi ISIS punya jaringan yang kuat, termasuk lewat teknologi seperti media sosial untuk merusak ideologi bangsa. Munculnya internet, membuat ideologi ISIS semakin keras dan memunculkan adanya self radicalitation atau menjadi radikal tanpa guru. Juga munculnya fenomena lone wolf yaitu berani melakukan serangan sendirian seperti seekor serigala.
"Dalam konteks ini, ideologi bisa kalah hanya dengan ideologi itu sendiri. Ideologi tidak bisa kalah dengan kekerasan. Itulah yang menjadi dasar BNPT dalam menjalankan pencegahan di Indonesia, termasuk menggandeng imam masjid dan dai muda untuk memenangkan perang ideologi dan agama. Harapannya melalui imam masjid dan dai, para penganut paham radikal terorisme bisa melunak dan kembali ke ajaran Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Tito.
Embrio ISIS di Indonesia dan Peran Penting Ulama
Di tempat yang sama, anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Hasyim Muzadi mengungkap, saat ini di Suriah ada ratusan ribu pengungsi dan 257 korban tewas akibat ISIS. Menurutnya itu sangat menyedihkan, sehingga bangsa Indonesia harus waspada menghadapi ancaman ISIS.
"Mungkinkah keadaan seperti Suriah akan terjadi di Indonesia? Embrionya sudah ada, sekalipun belum eksklusif, Indonesia harus ada kewaspadaan nasional secara total dari ancaman ISIS. Alhamdulillah sekarang ada BNPT," kata Hasyim.
Hasyim menilai, pencegahan terorisme tidak cukup dilakukan BNPT, Polri, atau TNI saja. Itu karena basis ideologi tidak bisa diserahkan ke polisi atau militer, sehingga harus diserahkan kepada orang yang lebih dalam ideologinya yaitu ulama, imam masjid, dan dai.
Fungsi ulama itu, lanjut Hasyim, sangat penting. Pertama untuk meluruskan ideologi takfiri yang merupakan embrio perpecahan umat Islam. Kedua juga menyadarakan umat Islam yang teracuni paham radikalisme dan dibawa ke ranah politik negara dan internasional. Kalau itu terjadi, Indonesia akan menjadi ring peperangan seperti Suriah.
"Lihat di Suriah, di sana ada Rusia, Amerika, China, Turki, Arab Saudi, Prancis, dan lain-lain. Apa mau kita seperti itu? Marilah kita bersatu dan bersinergi mencegah ISIS demi keutuhan NKRI," imbuh Hasyim. (hri/ndr)