Kasihan! Ibu dan Bayi di Aceh Meninggal dalam Persalinan di RS

Kasihan! Ibu dan Bayi di Aceh Meninggal dalam Persalinan di RS

Agus Setyadi - detikNews
Rabu, 30 Mar 2016 18:59 WIB
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) komisi VI, Darwati A Gani dan Zaenal Abidin mengunjungi rumah duka hari ini (Foto: Agus Setyadi/detikcom)
Banda Aceh - Muslem Puteh (47) tak kuasa menahan tangis saat mengenang istri tercintanya, Suryani binti Abdul Wahab yang meninggal dunia beberapa jam usai bersalin. Sang buah hati meninggal dalam kandungan. Ia berusaha tabah. Rasa kecewa terhadap pelayanan rumah sakit belum hilang di benaknya.

"Di rumah sakit istri saya tidak diperlakukan seperti orang mau melahirkan," kata Muslem dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumahnya di Desa Lambatee, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar, Aceh, Rabu (30/3/2016).

Suryani dibawa ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh pada Senin (28/3) sekitar pukul 06.00 WIB pagi untuk melahirkan anak ketiganya. Sampai di sana, ia ditangani perawat. Tak ada dokter yang menanganinya langsung saat itu. Perawatan yang diberikan perawat pun seadanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berselang tujuh jam kemudian, Suryani sudah tidak kuasa menahan kesakitan. Muslem tak tega melihat istrinya menderita. Ia mendatangi perawat dan menanyakan nasib istrinya. Namun jawaban yang didapat tidak seperti yang diinginkan.

Para perawat yang berjaga di sana seolah membiarkan Suryani meronta-ronta kesakitan. Berbagai cara dilakukan Muslem untuk menenangkan sang istri. Ia melihat, hanya beberapa perawat magang yang mengurus istrinya di sana. Tak ada dokter satupun yang hadir.

Pukul 17.00 WIB, Muslem bersama beberapa kerabatnya mendesak pihak rumah sakit agar segera mengoperasi Suryani. Tapi beberapa perawat kembali mengungkapkan bahwa istrinya dapat bersalin secara normal. Tidak perlu caesar.

"Mereka tetap bilang istri saya bisa melahirkan secara normal dan tidak mau melakukan operasi," ungkapnya sambil menahan tangis.

Dua jam berselang, Muslem duduk berembuk dengan keluarganya. Ia memutuskan untuk keluar dari RSIA. Keinginannya untuk membawa istri ke rumah sakit lain tidak diizinkan pihak RSIA. Baru sekitar pukul 21.00 WIB setelah pergantian shift,ย  seorang perawat di sana membuat surat pengantar rujukan agar Suryani dapat dibawa ke luar.

Rujukan ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh dibuat secara sepihak oleh perawat. Buka keinginan keluarga. Sampai di sana, Suryani langsung mendapatkan penanganan medis dan dibawa masuk ke ruang operasi. Dokter RSUZA menyebut, Suryani sudah tidak dapat melahirkan secara normal.

Di RSUZA, dokter yang menangani meminta izin kepada Muslem untuk mengangkat rahim Suryani. Muslem menyetujuinya. Menurut sang dokter, rahim Suryani telah rusak sebelum sampai ke RSUZA. Harusnya, ia sudah dioperasi lima atau tujuh jam sebelumnya.

Kala keluar dari ruang operasi, ia melihat sosok bayi yang sudah tidak bernyawa. Ia bertanya pada dokter siapa anak tersebut.

"Dokter bilang itu anak bapak. Saat itu dokter juga minta maaf karena tidak bisa menyelamatkan nyawa anak saya. Menurutnya, anak saya sudah meninggal sebelum lahir," ungkap Muslem.

Tak lama usai menjalani operasi, Suryani dibawa ke ruangan. Beberapa jam berada di sana, kondisi tubuhnya semakin menurun sehingga terpaksa dilakukan tranfusi darah. Sekitar pukul 05.00 WIB, Selasa (29/3), istrinya menghembuskan nafas terakhir setelah sebelumnya keluar air dari hidung dan mulut.

Jasad Suryani dikebumikan satu liang bersama sang buah hati di Desa Lambatee, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar. Muslem menggendong sendiri anaknya sedangkan jenazah istrinya dibawa saudara dan kerabat.

Pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) membantah menelantarkan Suryani. Direktur RSIA Banda Aceh, drg Erni Ramayani, mengaku pasien sudah ditangani sesuai prosedur rumah sakit.

"Bidan sudah melapor ke dokter spesialis. Dan dokter spesialis sudah memberikan arahan apa yang harus dilakukan oleh bidan terhadap pasien," kata Erni saat ditemui di RSIA.

Dokter yang menangani pasien, dr Ulfa, mengaku, kemarin dirinya tidak berada di rumah sakit karena dalam keadaan sakit. Ia kemudian memberi intruksi kepada bidan untuk terus mengawasi kemajuan persalinan dan tanda-tanda gawat janin. Laporan yang diterimanya dari bidan, menurutnya, bagus.

"Pasien pecah ketuban saat itu. Tapi laporan yang diberikan kondisinya bagus," kata dr Ulfa.

Sekitar pukul 19.30 WIB sore itu, dr Ulfa kembali memberi instruksi via telepon untuk mencari dokter pengganti. Hal itu karena pasien sudah lama berada di rumah sakit. Saat itu, Suryani sudah dalam kondisi bukaan ke tujuh tapi belum lahir.

"Setelah pukul 19.30 WIB saya beranggapan ini harus dilakukan tindakan sehingga harus dicari dokter pengganti," ungkapnya.

Di rumah sakit ibu dan anak sebenarnya ada tiga dokter yang menangani pasien melahirkan. Saat dr Ulfa meminta agar dicari dokter pengganti, kedua dokter lainnya mengaku sedang ada kegiatan sehingga tidak dapat menangani Suryani.

"dr Ulfa sakit, dua lagi sedang ada kegiatan. Dokter ibu anak di sini tiga orang," jelas direktur RSIA..

Para dokter yang bertugas di sana, tidak harus selalu berada di rumah sakit. Mereka menggunakan sistem on call (panggilan) jika ada pasien.

Terkait dua kali permintaan Muslem untuk segera mengoperasi istrinya, dr Ulfa mengaku tidak mendapatkan informasi tersebut dari bidan.

"Kalau pasien minta operasi saya tidak dapat informasi itu," jelasnya.

Siang tadi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) komisiย  VI, Darwati A Gani dan Zaenal Abidin mengunjungi rumah duka. Di sana, kedua dan rombongan bertemu dengan Muslem. Setelah mendengar langsung cerita dari Muslem, keduanya kemudian bertemu dengan pihak rumah sakit.

Darwati sangat menyayangkan pelayanan di RSIA. Menurutnya, sangat tidak wajar jika rumah sakit yang menangani ibu dan anak tidak ada dokter yang standby. ย 

"Menurut saya sangat tidak wajar kalau tidak ada dokter. Kalau satu halangan dan sakit, yang satunya lagi harus ada tidak boleh ada alasan apapun. Apalagi ini ini Rumah Sakit Ibu dan Anak," kata Darwati.

"Kita akan memanggil manajemen rumah sakit," jelasnya.

Muslem kini hidup menjadi ayah sekaligus ibu bagi dua anaknya, Teuku Rian Malik Maulana (9) dan Cut Raihan Anatasya (7). Kala bertemu Darwati di rumahnya, ia sesekali mengusap kepala keduanya yang duduk di dekatnya.

"Sangat sayang dua anak ini, masih kecil sudah tidak punya ibu," ungkap Muslem sambil terisak. (trw/trw)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads