Menengok Perpustakaan DPR yang Sepi Pengunjung

Menengok Perpustakaan DPR yang Sepi Pengunjung

Indah Mutiara Kami - detikNews
Rabu, 30 Mar 2016 17:39 WIB
Foto: Indah Mutiara Kami
Jakarta - Ketua DPR Ade Komarudin berencana membangun perpustakaan DPR yang terbesar se-Asia Tenggara. Sebenarnya, saat ini DPR sudah memiliki perpustakaan. Seperti apa bentuknya?

Perpustakaan dua lantai itu berada di Gedung Nusantara II, Kompleks MPR-DPR-DPD, Senayan, Jakarta Pusat. Ada dua pintu masuk yaitu dari area parkir dan dari lantai 2 di antara ruang Komisi III dan Komisi VIII.

Saat detikcom mengunjungi pada Rabu (30/3/2016) pukul 15.00 WIB, jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari. Hanya ada 1 pengunjung di lantai 1 dan 2 pengunjung yang membaca di lantai 2.

Pengunjung yang hadir mengisi buku tamu di komputer yang telah disediakan. Perpustakaan terbuka bagi masyarakat umum tetapi hanya anggota DPR, tenaga ahli, dan staf DPR yang bisa menjadi anggota serta meminjam buku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantai 1 dikhususkan bagi pengunjung yang ingin membaca majalah dan koran. Menyusuri tangga yang sempit dan gelap, pengunjung lalu sampai ke lantai 2 yang lebih luas.

Sofa empuk dan meja yang dilengkapi komputer disediakan untuk pengunjung. Pendingin ruangan membuat suasana cukup nyaman tetapi sayangnya tidak banyak yang menikmatinya.

Salah satu penjaga perpustakaan menyebutkan bahwa ada sekitar 21.000 judul buku di perpustakaan ini. Sementara jumlahnya lebih dari 25.000 buku.

Ribuan buku ini dikelompokkan di rak-rak buku. Mulai dari tentang hukum, politik, komputer, manajemen, hingga fiksi ada di perpustakaan.

Tidak hanya buku, ada pula risalah rapat hingga rancangan undang-undang yang disimpan. Sayangnya, sebagian besar hanya diletakkan begitu saja tanpa tertata rapi.

Ada pula buku yang belum terbuka masih terbungkus kertas cokelat. Beberapa rak juga masih kosong dan bisa diisi buku-buku lagi.

Meski sudah memiliki perpustakaan, DPR kini bermimpi membangun perpustakaan baru yang memuat 600.000 buku. Pembangunannya pun akan menggunakan anggaran gedung baru yang sudah ada di APBN 2016 sebesar Rp 570 miliar.

Wacana ini mencuat setelah Ade Komarudin menerima usulan dari para cendekiawan. Dia pun gigih memperjuangkan meski sejumlah fraksi sudah meminta proyek ini ditunda.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah pernah ditanya mengapa harus membuat perpustakaan baru meski sudah ada yang lama. Menurutnya, yang lama tidak memadai karena hanya setingkat level RT.

"Yang lama ada tapi mirip perpustakaan ketua RT. Saat ini kondisinya tidak layak. Bukunya diikat di bawah, numpuk. Buku yang diterbitkan anggota DPR tidak ada tempatnya," ujar Fahri.
(imk/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads