Tritura dan Kisah Heroik Gerakan Mahasiswa Angkatan '66

Tritura dan Kisah Heroik Gerakan Mahasiswa Angkatan '66

Wisnu Prasetyo, - detikNews
Rabu, 30 Mar 2016 12:17 WIB
Foto: wisnu/detikcom
Depok - Gerakan mahasiswa tahun 1966 yang dipelopori oleh mahasiswa Universitas Indonesia adalah potret sejarah gemilang dari peran anak muda dalam menjaga kestabilan negara. Dalam periode 60 Hari antara Januari-Maret, gelombang aksi mahasiswa melalui tiga tuntutan rakyat (Tritura) mampu memaksa pemerintah membubarkan PKI.

"Dengan adanya buku Ini kita bisa tahu apa yang terjadi pada 60 hari dalam periode awal 1966 itu. Yang buat buku ini adalah para pelakunya. Kita menyambut baik kehadiran buku ini sebagai bahan untuk mengkaji refleksi untuk membangun negeri," ucap Rektor UI, Muhammad Anis dalam sambutannya di Balai Sidang UI Depok, Jawa Barat, Rabu, (30/3/2016).

Ungkapan itu diungkapkan oleh Anis dalam bedah buku "60 Hari Yang Mengguncangkan Dunia" yang diselenggarakan Universitas Indonesia bekerjasama dengan Laskar Ampera Arif Rahman Hakim menyelenggarakan. Buku ini berbicara soal suasana panas pada periode gamang sejarah Indonesia tahun 1965-1966, dipaparkan langsung oleh pelaku sejarah yaitu para mahasiswa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bedah buku ini menghadirkan 2 tokoh pergerakan mahasiswa pada masa jelang kejatuhan Orde Lama. Mereka adalah Fahmi Idris yang menjabat ketua senat Fakultas Ekonomi UI pada tahun 1966 dan Rusdi Husin, aktivis asal Fakultas kedokteran yang merupakan karib dari Arif Rahman Hakim yang gugur saat aksi massa pada 24 Februari 1966.

Fahmi Idris kala itu dikenal sebagai jenderal lapangan pada aksi massa yang secara bergelombang terjadi pada periode awal tahun 1966. Ia dan kawan-kawan menjadi yang paling bersemangat meneriakkan Tritura kepada pemerintah. Tritura atau tiga tuntutan rakyat tersebut terdiri dari, Bubarkan PKI, Rombak Kabinet dan Turunkan Harga.

"Suasana di kampus saat itu terasa sekali berbeda, teman teman kita di sebErang sana menunjukkan ekspansi revolusioner. Kita-kita yang non komunis tidak tinggal diam, tanggal 30 September komunis melakukan pergerakan. Itu menjadi titik kulminasi pergerakan anak muda yang tergabung dalam KAMI. kemudian dari situlah tercetus Tritura," tutur Fahmi Idris.

Tritura digelorakan oleh para mahasiswa mengingat pemerintahan yang dipimpin Soekarno itu terlihat lambat dalam mengatasi kondisi Indonesia yang sangat tidak kondusif pasca pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965. Melalui Tritura, para mahasiswa bersatu untuk mendorong pemerintah bergerak cepat.

"Yang pertama PKI dibubarkan, kedua konflik politik di pemerintahan harus diselesaikan. Anggota parlemen kala itu banyak dipenuhi unsur komunis. Ketiga situasi mencekam, yaitu kondisi ekonomi parah sekali, poinnya adalah diturunkan harga. Untuk antre beras bisa lama sekali , kebetulan banyak yang dipenuhi. Mahasiswa menuntut pemerintah bertindak cepat untuk mencari solusi," tambah dia.

Dikatakan Fahmi, mahasiswa kala itu tidak bergerak sendirian. Mereka dibantu dengan Angkatan Darat yang juga meyakini harus adanya revolusi untuk memperbaiki situasi politik, ekonomi, dan sosial Indonesia yang kacau balau saat itu.

"Gelombang aksi pun terus menerus terjadi, pemerintah terlihat tidak berwibawa. Satuan AD yang bisa meredam konflik yang memuncak kala itu kerjasama dengan kita. Ketika bung karno mengeluarkan Supersemar, Pak Harto langsung melakukan tindakan pertama yaitu membububarkan PKI. Setelah itu, akhirnya kondisi Politik mereda. Gerakan mahasiswa menyambut gembira hal tersebut," ungkapnya.

Kisah lainnya diungkapkan oleh Rusdi Husin aktivis asal Fakultas Kedokteran. Ia mengatakan, saat itu mahasiswa begitu dekat dan dicintai masyarakat.

"Saya ingat betul bahwa masyarakat kerap mengadu kepada kita mahasiswa tentang kondisinya. Ketika turun ke jalan mereka mendukung. Hal lain yang menjadi bukti kecintaan mereka adalah ketika kawan saya Arif Rahman Hakim gugur. Saat pemakamannya masyarakat berbondong-bondong hadir dan menangis," kata Rusdi. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads