Meacci juga merasa lalu lintas di Jakarta bak hutan dan tak ada aturan. Orang-orang banyak yang egois di jalan. Meacci membandingkannya dengan kondisi lalu lintas di negaranya di mana orang bisa lebih tertib.
Lepas dari urusan apapun, apa yang disampaikan Meacci menjadi masukan dan kritik yang sehat bagi para pengendara di Jakarta. Bukankah orang Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan tepaselira?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada yang mengamini apa yang disampaikan Meacci. Pengalaman berkendara di Jakarta memang sudah tak nyaman, mulai dari macet sampai pengemudi yang main terobos.
Kemudian yang kontra menyampaikan bahwa di negara Meacci, lalu lintas juga tak kalah buruk. Bahkan seorang pembaca, Rochmali Zultan mengirimkan link dari sebuah situs madfooty.com.
Di situs pada artikel Oktober 2015 itu memang disebutkan kalau Roma, ibu kota Italia menduduki peringkat 6 sebagai kota dengan lalu lintas terburuk. Nomor 1 diduduki Istanbul, Turki, nomor 2, Rio de Jeneiro, Brazil, dan nomor 3 Mexico City.
![]() |
Selain soal kemacetan dan ketertiban di jalan, urusan lainnya yang merepotkan di negeri Pizza itu urusan parkir. Tak beda dengan Jakarta, kadang didapati mobil yang parkir hingga trotoar dan jalur hijau. Untuk yang parkir di trotoar, selain mobil, ada juga sepeda motor.
Mobil-mobil yang parkir di kanan-kiri jalan itu, banyak di antaranya yang berbemper karet, baik di bagian depan dan bagian belakang. Mobil di sana kalau parkir itu, sundul depan, sundul belakang, sundul depan lagi, sundul belakang lagi, belok sedikit baru jalan, jadi itu kegunaan bemper karet.
Jadi ya, mau di Jakarta atau di kota lain, tetap jaga tata tertib berlalu lintas. (dra/dra)












































