Lebih Dekat dengan Ibrahim, Calon Hakim Agung yang Biasa Menyeleksi Hakim Agung

Lebih Dekat dengan Ibrahim, Calon Hakim Agung yang Biasa Menyeleksi Hakim Agung

Andi Saputra - detikNews
Minggu, 27 Mar 2016 15:15 WIB
Ibrahim (ari/detikcom)
Jakarta - Mantan pimpinan Komisi Yudisial, Ibrahim sudah terbiasa menyeleksi para calon hakim agung selama lima tahun yaitu 2010-2015. Kini Ibrahim bertukar posisi, ia kini yang duduk sebagai calon hakim agung dan akan diseleksi oleh pimpinan KY penggantinya.

"Saya kira begini, dulu saya menyeleksi beberapa hakim agung, salah satunya ada kolega saya dari Universitas Muslim Indonesia (UMI), yang mendaftar. Kita lakukan seleksi itu secara objektif. Jadi saya percaya kepada komisioner sekarang yaitu mereka bekerja dengan menjunjung tinggi profesionalitas," kata Ibrahim saat bercakap-cakap dengan detikcom, Minggu (27/3/2016).

Biasa menyeleksi calon hakim agung selama 5 tahun belakangan, menjadi modal bagi Ibrahim untuk ikut bursa hakim agung. Namun hal itu tidak membuat dirinya takabur dan tetap berikhtiar serta berusaha semaksimal mungkin.
"Siapa pun yang terpilih adalah yang terbaik dan saya akan legowo apapun hasilnya," ujar Ibrahim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibrahim merupakan dosen UMI Makassar. Pendidikan S1 diraih dari FH Universitas Hasanuddin dan dilanjutkan di Groningan University, Belanda hingga meraih gelar LLM pada 1998. Sayang, krisis moneter membuatnya harus kembali ke Indonesia karena biaya hidup di Belanda menjadi selangit. Lantas ia mengambil program doktor di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung dan selesai 2006.

"Disertasi saya tentang hukum internasional yang terkait dengan lingkungan," ujar Ibrahim.

Dalam disertasinya, ia memaparkan liberalisasi dunia menginginkan kebebasan perdagangan. Namun di sisi lain, perdagangan ini juga berdampak kepada lingkungan karena komoditi perdagangan tersebut cukup menguras sumber daya lingkungan.

"Liberalisasi menginginkan tidak ada hambatan tapi bagaiamana lingkungan tetap terlindungi. Ini perlu ada satu konsep untuk saling menyeimbangkan," papar pria berusia 53 tahun itu.
Dengan latar belakang tersebut, ia memilih jalur hakim agung untuk kamar perdata. Menurut Ibrahim, hukum perdata sama pentingnya dengan hukum pidana. Jika ia lolos menjadi hakim agung, maka ia akan memakai toga emas selama 17 tahun lamanya.

"Semua Allah yang menakdirkan," pungkas Ibrahim. (asp/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads