Hidup Berdampingan dengan 'Rumah' Jenazah di Perbukitan

Hidup Berdampingan dengan 'Rumah' Jenazah di Perbukitan

Rachmadin Ismail - detikNews
Minggu, 27 Mar 2016 11:57 WIB
Foto: Rachmadin Ismail
Bogor - Fenomena menarik terlihat di Kampung Antawis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Warga di sana hidup berdampingan dengan kuburan berukuran besar di perbukitan. Bagaimana ceritanya?

Kampung tersebut terletak di ujung Kota Bogor, tepatnya di Kelurahan Genteng, Kecamatan Bogor Selatan, atau di dekat kawasan pemakaman Gunung Gadung. Untuk menjangkaunya, Anda bisa mengakses dari kawasan Sukasari lalu mengarah ke Batutulis dan lurus menuju arah Cipaku atau Rancamaya.

Di sana, sejauh mata memandang, akan terlihat kompleks pemakaman Tionghoa di bukit-bukit. Ukurannya kompleks makam bervariasi, ada yang 10 meter persegi sampai ratusan meter persegi. Media setempat melaporkan, luas lahan yang digunakan untuk pemakaman mencapai puluhan hektar. Para kerabat membeli lahan warga untuk dijadikan kuburan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemakaman Tionghoa di Gunung Gadung


Suasana angker tak terlihat di sana. Yang tampak adalah suasana warna warni keramik dan bangunan makam dicampur dengan hijaunya rumput di perbukitan. Anak-anak setempat bermain dengan riang di area makam, bahkan ada yang tidur-tiduran di siang hari di kala terik. Sebagian lagi duduk-duduk di makam yang tanpa pembatas.

Untuk makam yang berukuran besar, biasanya dipagari dan memiliki penjaga. Tugas penjaga tadi tak hanya menjauhkan makam dari tangan-tangan jahil, namun juga bertugas membersihkannya.

"Ada yang dibayar Rp 500 ribu per bulan, ada juga yang jutaan. Ada yang tahunan juga, tergantung keluarga pemilik makam," kata Hendri, warga setempat kepada detikcom, Minggu (27/3/2016).

Tradisi Ceng Beng


Khusus kampung Antawis, letaknya berada di tengah-tengah pemakaman. Untuk menembusnya, hanya bisa menggunakan satu jalur untuk motor. Di sana, ada sekitar 120 kepala keluarga. Semua nyaris berprofesi sebagai penjaga makam. Setiap orang, rata-rata mengurusi beberapa makam.

"Kalau makamnya gede, ada yang sampai dijaga satpam khusus," ucap Hendri.

Hendri mengatakan, area tersebut dulunya adalah bekas lahan perkebunan dan peternakan sapi. Namun sejak tahun 1985, berubah jadi pemakaman Tionghoa. Setelah itu, area pemakaman semakin meluas ke perbukitan. Membentang hingga berhektar-hektar.

Hidup bersebelahan dengan kuburan tak menjadi masalah bagi para warga. Malah, itu dijadikan lahan pendapatan sendiri. Mereka bisa mendapat rezeki, saat hari-hari besar seperti Ceng Beng yang sedang terjadi saat ini, atau imlek.

Lalu, pernah adakah cerita misteri saat tinggal dekat kuburan? Hendri mengungkapkan, ada kepercayaan masyarakat setempat untuk tidak mengambil barang-barang sisa-sisa ziarah seperti bunga atau barang lainnya. Konon, siapa pun yang mengambil barang tersebut akan didatangi oleh arwah dari kuburan. Percaya atau tidak, itu cerita yang berkembang di sana.

"Jadi nggak ada yang berani ngambil kembang atau barang. Pernah ada yang didatangi soalnya, pakai bahasa China," ucapnya menutup obrolan. (mad/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads